Lahar Dingin Terjang Penambang
Delapan Truk Tertimbun, Dua Sepeda Motor Ambles
BLITAR – Para penambang pasir di Kaliputih di perbatasan Kecamatan Gandusari dan Garum kemarin kocar-kacir berusaha menyelamatkan diri. Secara tiba-tiba, aliran lahar dingin meluncur dari lereng Gunung Kelud. Akibatnya, delapan truk dan dua unit motor hanyut tersapu material vulkanis dari lereng gunung yang berada di Blitar dan Kediri itu.
Sopir tidak sempat memindahkan truktruk pengangkut pasir itu. Akibatnya, beberapa truk terjebak dan sebagian lagi tenggelam ditelan pasir dari Kelud.
Hingga Jumat petang (8/1), ratusan warga berada di aliran sungai untuk membantu evakuasi truk dan sepeda motor. Namun, sebagian warga sekadar melihat musibah tersebut karena penasaran. Ada informasi bahwa seorang sopir juga terjebak di aliran Kali Putih. Namun, kebenaran kabar tersebut belum diketahui.
Di lereng Kelud, hujan deras mengguyur sejak pukul 13.00. Karena hujan berlangsung lama, debit air beberapa sungai mulai meningkat. Misalnya, air di Kali Putih. Menurut beberapa warga, ketika puncak Gunung Kelud diguyur hujan, sopir sudah diimbau agar memindahkan truk-truk yang sedang antre diisi pasir dari aliran Kali Putih. Namun, karena jumlahnya ratusan dan akses keluar dari aliran sungai hanya melalui Desa Karangrejo, Kecamatan Garum, sebagian truk tidak tertolong. Apalagi, debit air tiba-tiba meningkat. ’’ Terjadinya banjir sangat cepat. Air juga menyapu bagian pinggir Kali Putih,’’ ujar Sumartono, penambang pasir.
Dampaknya, truk yang berada di aliran Kali Putih tidak bisa melanjutkan perjalanan. Terlihat beberapa truk terjebak dalam posisi berjajar dan sebagian badan truk terbenam pasir. Sebagian yang lain terjebak di beberapa titik. Bahkan, ada ruang kemudi yang terlepas dari badan truk dan kondisinya rusak parah.
Menurut warga, badan truk masih berada di aliran bagian atas. Kondisi itu terjadi karena truk terkena kerasnya hantaman aliran lahar dingin dan terseret arus. Selain itu, sepeda motor milik penambang pasir terbenam lahar dingin di sekitar sabo dam pertama dekat Gunung Gedang, Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari.
Kawasan pinggir sungai itu merupakan lokasi yang digunakan para penambang pasir untuk memarkir kendaraan ketika ditinggal bekerja. Namun, nahas. Ketika debit air meningkat secara mendadak, dua sepeda motor tidak bisa diselamatkan. ’’Saat kejadian, pemilik sepeda motor belum datang. Daripada terseret, kami terpaksa meninggalkan kendaraan itu,’’ ujar Warsito, 39, penambang pasir yang lain.
Selain membawa musibah bagi para penambang pasir tradisional di hulu Kali Putih, meningkatnya debit air sungai berdampak kepada terganggunya akses warga Desa Sumberagung, Kecamatan Gandusari, menuju Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, dan sebaliknya. Sebab, sabo dam yang di Desa Sumberagung yang sehari-hari menjadi akses utama untuk beraktivitas lumpuh total mulai pukul 15.00.
Debit air sungai meningkat secara drastis hingga akhirnya melampaui bagaian atas sabo dam. Warga yang hendak menyeberang diimbau untuk mengurungkan niat atau memutar ke selatan melalui jalur utama Blitar–Malang di wilayah Talun.
Untuk itu, sejumlah relawan radio amatir dan kepolisian berjaga di dua sisi sabo dam agar warga tidak nekat melintas sambil menunggu debit air kembali normal. Praktis, warga dari dua sisi sungai hanya bisa menyaksikan aliran Kali Putih. Luapan air sungai tersebut juga menghanyutkan kayu-kayu besar dari wilayah hulu. (ynu/ziz/c4/any)