Pilih Selesaikan secara Internal
SURABAYA – Pengusutan kasus pembobolan gedung Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga jalan di tempat. Sebab, hingga kemarin pihak kampus belum melaporkan kasus itu kepada polisi.
Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) Unair Suko Widodo menjelaskan, pihak kampus memang belum membawa kasus tersebut kepada polisi. Sebab, mereka ingin masalah itu diselesaikan secara internal terlebih dahulu. Apalagi, lanjut dia, ada dugaan terdapat unsur politis dalam kasus pembobolan tersebut
Sayangnya, Suko tidak menjelaskan secara detail unsur politis yang dimaksudnya itu.
’’Semuanya masih dugaandugaan saja. Belum ada bukti kuat untuk memberikan laporan lanjutan,” ujarnya. ’’Kalau memang nanti ada bukti kuat, baru kami laporkan ke polisi,” tambahnya.
Dia mengungkapkan, banyak kemungkinan penyebab pencurian tersebut. ’’Ada asumsi yang menyebutkan, laptop yang dicuri berisi hasil penelitian penting. Ada pula yang mengatakan itu laptop biasa,” jelas Suko. Karena itu, pihak kampus masih menyelidiki lebih lanjut. Dia berharap kasus tersebut bisa diselesaikan secara tuntas. ’’Pelaku sebaiknya ditangkap lebih cepat,” ujarnya.
Seperti diberitakan, gedung ITD atau Laboratorium Lembaga Penyakit Tropis Unair dibobol maling pada 7 Januari lalu. Yang menarik, pencuri hanya mengambil tiga laptop. Padahal, banyak barang berharga lain di tempat tersebut. Menurut Rektor Unair Prof Muhammad Nasih, laptop merek Apple itu milik Prof Kazumi Shimizu asal Jepang. Laptop itu berisi hasil riset bertahun-tahun. Terutama terkait dengan riset influenza, malaria, dan avian influenza pada unggas.
Sementara itu, Kanitreskrim Mulyorejo AKP Nanang Efendi masih menunggu laporan resmi dari Unair. Meski demikian, pihaknya sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan memeriksa para saksi. Polisi juga telah melihat rekaman closed circuit television (CCTV) di selasar lantai 2. ”Identifikasi pelaku masih kami lakukan,” kata Nanang singkat kemarin (8/1).
Berdasar pantauan Jawa Pos, tingkat keamanan gedung ITD sebenarnya cukup baik. Hal itu terlihat dari banyaknya kamera pengawas di setiap area dan sudut gedung. Pihak kampus juga menerapkan sistem penjagaan berlapis. Gerbang pertama adalah pos dekat parkir depan gedung yang dijaga satu orang. Di bagian teras juga ada penjaga yang biasa menyambut para peneliti. Memasuki pintu masuk, ada semacam petugas resepsionis yang langsung melakukan pemeriksaan. Ada pula beberapa penjaga yang berpatroli di dalam gedung tersebut.
Meski sangat ketat, tetap saja ada kelemahan. Pada ruanganruangan tertentu, misalnya ruang studi influenza yang dibobol maling, pintunya hanya sebuah pintu engsel biasa. Bukan pintu elektrik yang hanya bisa dibuka dengan scan sidik jari atau kontak retina mata.
Kepala Subdirektorat Keamanan Keselamatan Kerja (K3) Unair Mulyono mengungkapkan, kasus pembobolan itu bukan yang pertama di area sekitar ITD. Terakhir, pihaknya menerima laporan kehilangan handphone di rumah sakit Unair yang tidak jauh dari lokasi.
”Kami sudah mengimbau agar waspada terhadap barang-barang pribadi yang kerap diincar penjahat,” ujarnya. (all/bri/c7/oni)