Seorang Kakek Tewas di Gubuk Penjual Kelinci
SIDOARJO – Akhir hidup Hasanudin, 73, cukup tragis. Dia ditemukan meregang nyawa seorang diri di sebuah gubuk kayu di Desa Kedungbendo, Tanggulangin, kemarin (8/1). Persisnya, di samping rel kereta api Tanggulangin dan bersebelahan dengan tanggul lumpur Lapindo.
Mayat Hasanudin ditemukan A, tetangganya. ’’Pukul 06.00, kakek Hasanudin biasanya sudah keluar. Tapi, pagi ini (kemarin, Red) kok aneh, tidak keluarkeluar. Setelah saya ketuk tidak ada jawaban, akhirnya pintu gubuknya saya dobrak,” tuturnya. Dia lantas mengabarkan kepada anak Hasanudin, Ali Akbar.
Kepada koran ini, Ali Akbar, 21, menuturkan, dua hari lalu dirinya membawa Hasanudin ke klinik karena mengeluh sakit. ”Saya membawa bapak ke klinik. Saat ditensi, darahnya tinggi, kurang lebih 160,” ungkapnya.
Hasanudin tinggal seorang diri sejak 2006. Mulyati, 60, mantan istri Hasanudin, mengatakan, dirinya sudah lama berpisah dengan Hasanudin. ’’Sejak peristiwa lumpur itu, kami berpisah dan bapak memilih untuk tinggal sendirian di gubuk ini,” katanya.
Menurut Sekretaris Paguyuban Guyub Gito, Hasanudin merupakan warga asli Desa Ke- dungbendo. Desa tersebut ter gu sur karena semburan lumpur Lapindo. Dia kemudian bercerai de ngan istri terakhirnya. ’’ Hasan udin dulu tinggal di Kedungbendo. Setelah mendapatkan ganti rugi ( lumpur), lalu bercerai dari istrinya, dia memutuskan untuk tinggal di gubuk bekas penjual kelinci ini,” jelasnya.
Hasanudin diketahui berumah tangga hingga tiga kali. Pernikahan yang terakhir dengan Mulyati juga kandas. Bersama Mulyati, dia dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Ali Akbar. Mereka juga mengangkat seorang anak perempuan. Adapun, istri pertama dan kedua Hasanudin berada di luar Jawa.
Sehari-hari Hasanudin bekerja sebagai tukang parkir. Dia membantu beberapa pemilik warung untuk menata kendaraan pengunjung. Selama hi dup, Hasanudin dikenal sebagai sosok kakek yang ramah. ’’Sudah kami anggap seperti saudara sendiri. Setiap hari kalau minta makanminum, saya selalu beri,” tutur salah seorang tetangganya.
Kanitreskrim Polsek Tanggu langin Ipda Idham Chalid mengatakan, keluarga Hasanudin tidak menginginkan jenazah diotopsi. Sebab, Hasanudin sakit karena faktor usia. ’’ Walaupun tidak dio topsi, kami harus tetap me nunggu keterangan dokter yang memeriksa Hasanudin beberapa waktu lalu untuk memperkuat data medis,” kata Chalid. ( sam/ c7/ fal)