Jawa Pos

Waru dan Taman Prioritas

Genderang perang terhadap masalah sampah harus terus ditabuh. Di Kota Sidoarjo, sampah termasuk salah satu problem yang harus dipecahkan bersama. Di antara 18 kecamatan di Kota Delta, wilayah mana yang sampahnya paling banyak? Bergerak Bersama Melawan

-

DINAS Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Pemkab Sidoarjo telah memetakan volume sampah di setiap kecamatan. Ternyata Waru merupakan wilayah yang me nyumbangka­n sampah paling banyak. Disusul, Keca mat an Ta m a n . Karena itu, dua kecamatan tersebut menjadi prioritas untuk mengatasi persoalan sampah.

Volume sampah di Kecamatan Waru mencapai 500 meter kubik per hari. Jumlah itu merupakan total dari seluruh desa dan kelurahan di kecamatan tersebut. ’’Itu menurut data terbaru kami. Berdasar survei yang kami lakukan,’’ jelas Kabid Kebersihan DKP Pemkab Sidoarjo Widyantoro Basuki.

Belum semua sampah itu terangkut ke tempat pembuangan. Di antara 500 meter kubik, yang terangkut hanya 106 meter kubik. Artinya, masih lebih banyak sampah yang belum terangkut. Widyantoro mengakui, pelayanan pengangkut­an sampah di wilayah Waru sejauh ini masih kurang. Jumlah armada pengangkut cukup terbatas.

Menurut Widyantoro, sampah yang tidak terangkut diolah sendiri oleh warga. Misalnya, sampah di Desa Bungurasih dan Desa Janti. Warga mempunyai tempat pengolahan sampah terpadu. Selain itu, lanjut dia, ada sampah yang dibuang di sembarang tempat. Baik di pinggir jalan, permukiman, drainase, maupun sungai.

Yang paling banyak, sampah dibuang di sungai. Salah satunya sungai di kawasan Waru. Kali di kampung itu penuh sampah, terutama plastik. Padahal, pemkab sudah memasang larangan untuk membuang sampah sembaranga­n. Tapi, sebagian warga tetap membuang sampah di sungai. ‘’Kebersihan sungai itu bergantung pada kepedulian warga,’’ ungkapnya.

Setelah Waru, penyumbang sampah terbanyak kedua adalah Kecamatan Taman. Volume sampah di wilayah tersebut sebanyak 480 meter kubik per hari. Seperti halnya Waru, belum semua sampah di Taman terangkut ke TPA Jabon. Hanya 58 meter kubik sampah yang terangkut kendaraan sampah.

Pejabat asal Jakarta itu menyatakan, pelayanan pengangkut­an sampah di Taman juga belum maksimal. Keterbatas­an armada menjadi kendala. ’’Masyarakat harus bisa memahami hal itu,’’ tuturnya.

Selain meningkatk­an pelayanan pengangkut­an, sambung dia, pihaknya menyediaka­n fasilitas pengolah sampah. Tahun ini akan dibangun tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) kawasan di Desa Kletek. Tempat itu diproyeksi­kan bisa menampung sampah dari berbagai desa/kelurahan. ’’Perencanaa­n pembanguna­n ma- sih kami matangkan,’’ ujar Widyantoro.

Kepala DKP Pemkab Sidoarjo M. Bahrul Amig menambahka­n, wilayah yang volume sampahnya cukup banyak memang menjadi prioritas instansiny­a. Yakni, Waru dan Taman. Masyarakat di dua Kecamatan itu akan digerakkan untuk sama-sama memerangi sampah.

Menurut Amig, sebagus-bagusnya program yang dibuat pemerintah, jika masyarakat tidak mendukung, pasti tidak akan jalan. ’’Sebanyak apa pun kendaraan pengangkut sampah kita tambah, tapi kalau masyarakat tidak mau peduli dengan kebersihan, ya sampah tetap menjadi masalah,’’ tegasnya.

Karena itu, perlu mengubah pola pikir dan pandangan masyarakat terhadap kebersihan dan lingkungan. Terutama untuk tidak membuang sampah sembaranga­n. Sebab, dampak negatifnya boleh dikata luar biasa. Mulai rawan penyakit hingga banjir.

Sejauh ini, masih banyak warga yang membuang sampah seenaknya. Karena sudah terlalu sering, hal itu dianggap kebiasaan.

’’Perilaku itu seolah sudah menjadi habit yang sulit ditinggalk­an. Nah, itu yang harus kita ubah bersama-sama,’’ kata ayah tiga anak tersebut. (lum/c7/hud)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia