Jawa Pos

Agar Tak Ada Yang Numpang Kaya

-

ARUS pekerja imigran dari Uni Eropa (UE) membuat penduduk Inggris ketakutan. Sebab, maraknya para pekerja imigran itu otomatis membuat peluang bekerja bagi penduduk Inggris asli kian sempit. Terhitung, sampai akhir 2015, ada sekitar 2,036 juta pekerja imigran dari negara-negara UE di Inggris. Padahal, pada Oktober–Desember 2014, hanya ada 1,821 juta pekerja dari UE. Dalam rentang waktu satu tahun, ada kenaikan 202 ribu pekerja imigran. Dari jumlah tersebut, sebanyak 48 ribu orang berasal dari Rumania dan Bulgaria.

’’Jika imigrasi masal penduduk UE ini terus berlanjut, prospek bagi pekerja yang merupakan penduduk asli Inggris akan rusak,’’ ujar Pemimpin Partai Independen Inggris (UKIP) Nigel Farage Kamis lalu (18/2). Saat ini, 10,2 persen dari keseluruha­n pekerja di Inggris adalah warga asing. Baik yang berasal dari UE maupun negara-negara lain.

Karena alasan itulah, Farage lebih setuju jika Inggris keluar dari UE. Dengan begitu, mereka bisa menjaga perbatasan­nya sendiri agar pekerja imigran tidak membanjiri London. Hal senada diungkapka­n anggota parlemen dari Partai Konservati­f Nigel Evans. Dia menegaskan bahwa kenaikan jumlah pekerja imigran itu cukup mengejutka­n. ’’Jumlah imigran tersebut akan terus naik kecuali ada keputusan dramatis,’’ tegas Evans.

Namun, Departemen Pekerjaan dan Pensiun mengungkap­kan hal berbeda. Mereka menegaskan, saat ini penganggur­an di Inggris berada pada level terendah sejak satu dekade terakhir. Lowongan pekerjaan yang ada masih didominasi penduduk Inggris sendiri. Sembilan dari 10 pekerja adalah penduduk Inggris asli.

Departemen tersebut sendiri memastikan bahwa seluruh penduduk Inggris menerima manfaat dari pertumbuha­n ekonomi yang ada saat ini. Selain itu, mereka memastikan penduduk lokal memiliki kemampuan yang tidak kalah dibandingk­an pekerja imigran.

Langkah-langkah perlindung­an terhadap sistem tunjangan juga telah diberlakuk­an untuk memastikan pekerja imigran asal UE yang datang ke Inggris benar-benar bekerja dan memberikan sumbangsih terhadap perekonomi­an. Bukannya mengejar tunjangan dari pe- merintah saja.

Namun, tentu saja pernyataan dari departemen itu bisa jadi merupakan isapan jempol belaka. Sebab, hingga saat ini, masih banyak pekerja imigran asal UE maupun negara-negara lain yang mendapatka­n tunjangan meski mereka tak bekerja atau bekerja seadanya.

Salah satu yang pernah menjadi pemberitaa­n adalah Ion Lazar, pekerja imigran asal Rumania. Dia hanya pekerja paro waktu dengan gaji kecil. Karena itu, dia tak perlu membayar pajak. Alih-alih membayar pajak, Lazar malah mengklaim tunjangan kesejahter­aan 1.700 poundsterl­ing per bulan atau setara Rp 32,9 juta. Uang itu dikirimkan ke kampung halamannya untuk membuat rumah yang lumayan mewah. ’’Ini seperti uang yang diberikan cumacuma, terima kasih Inggris,’’ ucapnya. (Express/Daily Mail/sha/c17/dos)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia