Tol Laut Turunkan Keterisian Kapal
SURABAYA – Implementasi program tol laut yang dicanangkan pemerintah dinilai tidak berpihak terhadap perusahaan pelayaran swasta. Sebagai contoh, permintaan terhadap jasa angkutan barang oleh perusahaan pelayaran swasta di Teminal Kalimas di kawasan Tanjung Perak menurun.
Ketua Indonesian National Shipowners Association (INSA) atau Persatuan Pengusaha Pelayaran Niaga Nasional Indonesia Jatim Stenvens H. Lesawengen menyatakan, sejak diberlakukan pada kuartal keempat 2015, dampak program tol laut terasa signifikan terhadap bisnis pelayaran. Sebagaimana diberitakan, pada November lalu pemerintah meresmikan kapal tol laut. Kapal tersebut memperkuat konsep tol laut dalam mendistribusikan barang maupun penumpang.
’’Tol laut memiliki visi menekan disparitas harga antara daerahdaerah di Jawa dan Papua. Pemikiran yang sederhana dan bagus tersebut diterjemahkan dengan menyiapkan kapal yang sekarang sudah melayani empat trayek dari rencana enam trayek. Terdiri atas T1 hingga T4 dengan biaya yang dibanting. Yakni, hanya Rp 3,4 juta per kontainer,’’ katanya kemarin (21/2).
Pelni sebagai operator kapal tol laut mendapat subsidi dalam menjalankan program tersebut. Sementara itu, perusahaan pelayaran untuk rute yang sama, misalnya tujuan Kaimana dan Dobo, mematok tarif Rp 750 ribu per ton atau setara kontainer dengan berat 14 ton sekitar Rp 10,5 juta. Tentu, para pengguna jasa memilih menggunakan tarif yang lebih murah.
Ada perusahaan pelayaran yang dulu tingkat keterisian bisa 75 persen kini tinggal 30 persen. Padahal, di Terminal Kalimas terdapat 70 perusahaan pelayaran. Misalnya, satu perusahaan memiliki sedikitnya 3 kapal, total terdapat 210 kapal. ’’Investasi yang ditanamkan untuk membeli satu kapal sekitar Rp 10 miliar. Belum tentu sudah kembali modal semua,’’ papar Stenvens. (res/c15/oki)