Jawa Pos

Bagi Sebagian Orang Sudah Jadi Gaya Hidup

Fenomena Brondong-Mamah Angkat di Jakarta Fenomena mamah (mama) angkat –dulu populer disebut tante– dengan brondong semakin marak di ibu kota.

-

Tante yang satu ini mencari brondong hanya untuk menemaniny­a curhat. Lebih, boleh juga. Biasanya disebut one night stand with milf. Jadi hanya bertemu pada hari itu. Lalu menemani tante seharian. Kemudian pura-pura tidak mengenal lagi.

WAJAHNYA ganteng. Rahangnya kukuh, persegi, dengan cambang agak lebat yang tertata rapi. Tubuhnya semampai atletis. Pakaiannya perlente, berlambang brand dengan kisaran harga Rp 5 juta per potong. Dia tampil cukup berkelas.

Itulah Iyas (nama samaran), seorang brondong asal Sumatera Utara. Pria 19 tahun itu kini menikmati hidup. Dia bisa membiayai studinya di universita­s swasta, tinggal di apartemen kelas menengah, dan hidup lebih dari cukup. Bahkan untuk ukuran Jakarta sekalipun.

”Saya masih tergolong pemula. Sebab, saya hanya main dengan satu mamah angkat,” ucapnya. ”Yang

bisa dengan beberapa tante sekaligus,” imbuh dia, kemudian tergelak. Iyas kini memang menjadi brondong peliharaan seorang perempuan 40 tahun.

Terasa tua? Jangan tertipu umur dulu. ”Ini mamah angkat saya,” ucapnya seraya menunjukka­n foto dirinya dengan perempuan cantik yang masih terlihat muda. Lebih imut ketimbang artis Yuni Shara. Jenis perempuan yang membuat jakun laki-laki naik turun dan berseru, ”Mau sama dia, Kakak.”

Dunia brondong memang makin semarak di ibu kota. Iyas mengatakan bahwa ada komunitas cair di antara mereka. Menurut Iyas, komunitas itu penting karena biasanya beredar info untuk event-event aneh seperti arisan brondong dan semacamnya.

Menurut seksolog Zoya Amirin, fenomena seperti itu sudah marak terjadi. Salah satu alasannya, pihak perempuan tidak mendapatka­n kepuasan batiniah di rumah.

Mereka yang tidak puas dengan pelayanan suaminya memilih brondong sebagai pengganti kepuasan itu. Sebab, mereka merasa lebih nyaman dan segalanya terpenuhi. Perempuan 41 tahun tersebut menyatakan, dalam banyak kasus, para mamah angkat itulah yang memegang kendali hubungan.

Seksolog lulusan Psikologi Klinis Universita­s Indonesia tersebut juga menjelaska­n, dalam menanggapi fenomena seperti itu, masyarakat sebaiknya tidak menilai buruk. Sebab, hal tersebut sekarang bahkan sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian orang.

Cara menyikapin­ya, lanjut Zoya, adalah bersikap wajar dan tidak begitu mencampuri urusannya. Lagi pula, buat apa diurusi? Mereka toh melakukan itu dengan tidak merugikan siapa pun. ”Anggap biasa saja,” tutur Zoya santai. (kar/c9/ano)

 ?? GRAFIS: RIZKY JANU/JAWA POS ?? high level
GRAFIS: RIZKY JANU/JAWA POS high level

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia