Terkenang Bisa Bikin Masterpiece Musik Patrol
Djoko Supriyadi, Kabid Dikdas Sekaligus Pegiat Seni Kesibukannya sebagai pejabat struktural di Dinas Pendidikan (Dispendik) Sidoarjo tidak lantas membuat Djoko Supriyadi meninggalkan kecintaannya di bidang kesenian. Pria 53 tahun itu tetap asyik bergelu
GAYA nyentrik dan pembawaan yang santai selama ini sangat identik dengan Djoko Supriyadi, kepala Bidang (Kabid) TK/SD di Dispendik Sidoarjo. Terutama di acara-cara nonformal. Misalnya, saat hadir di acara orkes melayu di parkir timur GOR Delta kemarin (21/2). Pria kelahiran 28 November 1963 tersebut mengenakan kemeja pendek hijau dan topi gaya newsboy cap.
’’Di luar jam kantor, saya ngurusin organisasi kesenian yang ada di Sidoarjo. Jadi, ya seperti begini,’’ ujar Djoko.
Dalam kesehariannya sebagai Kabid TK/ SD, Djoko tentu bertugas membawahi TK dan SD se-Kabupaten Sidoarjo. Namun, di luar pekerjaannya di dunia pendidikan, dia sudah dikenal sebagai salah satu seniman di Kota Delta yang kini aktif menjadi pegiat seni.
Djoko saat ini memiliki segudang aktivitas dalam organisasi seni. Mulai ketua DPC Persatuan Artis Musik Melayu (PAMMI) Sidoarjo, ketua Dewan Kesenian Sidoarjo, ketua Organisasi Amatir Radio Indonesia Lokal Sidoarjo, ketua Kelompok Musik Patrol Seluruh Indonesia (Kompassus), dan sekretaris Persatuan Pedalangan Indonesia (Pedadi) Sidoarjo.
Kepercayaan untuk menjadi pengurus berbagai organisasi kesenian itu tidak lepas dari kecintaannya di dunia seni. Sejak kecil Djoko sangat tertarik dengan seni. Mulai seni pedalangan, keroncong, dan patrol. Hingga akhirnya dia menjadi seniman musik keroncong pada 1980-an. ’’Saya penyanyi dan pemain alat musik keroncong sebelum menjadi PNS,’’ jelas pria warga Kecamatan Sedati itu.
Setelah melanglang buana bermusik keroncong, Djoko pun terus mengembangkan bakatnya dalam bermusik. Dia mulai berkreasi dalam seni musik lainnya. Salah satunya menciptakan komponen musik patrol yang hingga kini dikembangkan di Sidoarjo. Musik patrol ciptaannya pernah menang saat dilombakan di tingkat Jatim.
Djoko lantas mendirikan komunitas musik patrol pada 1995
’’Saya menggarap musik patrol pertama di Sidoarjo. Bisa dibilang musik patrol ini adalah karya masterpiece saya,’’ ungkapnya.
Dia menuturkan, dulu patrol hanya menggunakan alat perkusi (permainan musik tanpa ada melodinya) tradisional. Antara lain, kentongan, drum ikan, kempul, dan bonang. Namun, kini permainan patrol ditambah melodi dengan alat musik seperti balera dan tam tam. ’’Dulu orang hanya menyebut patrol. Sekarang semua menyebutnya musik patrol. Karena ada melodinya dan bisa dinikmati banyak orang,’’ paparnya.
Dalam membuat karya seni musik, lanjut dia, dibutuhkan tanggung jawab untuk mempertahankannya. Karena itu, karyakarya tersebut dikembangkan di Sidoarjo melalui lomba musik patrol tahunan. Selama 21 tahun memelihara musik patrol di Sidoarjo, kini ada sekitar 80 grup dari 18 kecamatan di Sidoarjo yang bergabung dengan komunitasnya.
’’Sebagai seniman, idealnya harus begitu. Selain berkarya, harus memelihara karyanya agar karya tersebut tidak hilang,’’ jelas Djoko.
Melalui musik patrol, eksistensi Djoko di dunia seni semakin didengar banyak orang, khususnya kalangan seniman. Di antaranya, diminta mengurusi kesenian pedalangan pada 1998. Kini anggota dalang telah mencapai sekitar 60 orang. Setelah itu, makin banyak seniman yang percaya dengan peran Djoko dalam mengembangkan kesenian Sidoarjo pada 2014.
Namun, saat ini Djoko mengatakan sudah tidak lagi menjadi pelaku seni. Meski begitu, kecintaannya terhadap dunia seni tidak bisa ditinggal. Karena itu, dia memilih menjadi pegiat seni. Hampir setiap hari setelah jam kerja atau akhir pekan Djoko memilih menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan kegiatan para seniman.
’’Bagi saya, kesenian itu keseimbangan hidup. Pekerjaan saya memang di bidang pendidikan. Tapi, seni tetap harus ada sebagai pelengkap hidup,’’ ungkapnya.
Djoko berkeinginan untuk terus membangkitkan gairah seni di Kota Delta. Salah satunya ingin membuat panggung hiburan sebagai wadah para seniman berekspresi. Seniman di Sidoarjo, lanjut dia, sebenarnya besar, tetapi perlu ditumbuhkan. Selama ini ada beberapa seniman Sidoarjo yang kadang besar di daerah lain, bahkan negara lain. ’’Untuk itu, saya berharap pemkab bisa mewadahi panggung hiburan bagi seniman Sidoarjo,’’ jelasnya. (*/c15/hud)