Pilih Opsi Onshore di Masela

JAKARTA – Pemerintah memutuskan mengolah cadangan gas Lapangan Abadi di Blok Masela dengan pembangunan kilang LNG di darat ( onshore). Pertimbangannya multiplayer effect dan percepatan pembangunan ekonomi Maluku.

Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli dalam keterangan tertulis menyatakan, pengembangan onshore diperkirakan membutuhkan dana USD 16 miliar. Sementara itu, pengembangan kilang terapung sebagaimana yang diusulkan Kementerian ESDM, SKK Migas, Inpex, dan Shell membutuhkan dana USD 22 miliar.

Rizal menuturkan, perkiraan biaya kilang offshore yang dibuat Inpex dan Shell USD 14,8 miliar dan kilang darat USD 19,3 miliar tidak akurat. Rizal me- nantang Inpex dan Shell untuk membangun kilang di laut.

’’Bila biaya pembangunan di laut membengkak melebihi USD 14,8 miliar, Inpex dan Shell harus bertanggung jawab membiayai kelebihannya. Tidak boleh lagi dibebankan kepada cost recovery,’’ katanya.

Rizal mengklaim Inpex dan Shell tidak berani menyambut tantangan tersebut. Atas dasar itu, Rizal menegaskan, Inpex dan Shell tidak yakin dengan perkiraan biaya yang mereka buat sendiri. ’’Pendapatan negara melalui kilang darat bisa lebih banyak melalui daripada terapung,’’ jelas Rizal.

Perhitungannya, bila kilang dibangun di darat, hasilnya bisa digunakan untuk membangun industri petrokimia dan pupuk dengan potensi revenue USD 6,5 miliar per tahun. Selain itu, Maluku bisa membangun kota terpadu di Selaru yang berjarak 90 kilometer dari Blok Masela. ’’Bisa menjadi Balikpapan baru,’’ jelasnya.

Menteri ESDM Sudirman Said saat dimintai pendapat soal klaim Rizal Ramli belum merespons. Di sisi lain, Dirjen Migas Kementerian ESDM Wiratmaja Puja enggan menanggapi klaim Rizal Ramli soal pengembangan Blok Masela. ’’Itu di luar level saya,’’ paparnya.

Secara terpisah, Jubir Presiden Johan Budi S.P. menjelaskan bahwa presiden belum menyampaikan sikap resmi soal pengembangan Blok Masela. ’’Belum ada keputusan soal itu,’’ katanya. (dim/c15/noe)