Wali Kota London Dukung Brexit
Partai Konservatif Terbelah, Referendum Disepakati 23 Juni
LONDON – Suasana di Inggris mulai memanas. Politikus yang pro dan kontra terhadap Brexit (Britain Exit) saling beradu argumen. Referendum untuk menentukan masa depan Inggris itu telah disepakati 23 Juni mendatang. Karena itulah, saat ini seluruh pihak yang pro dan kontra bebas berkampanye apakah ingin meninggalkan Uni Eropa (UE) yang dikenal dengan istilah Brexit ataukah tetap bergabung.
Perdana Menteri (PM) David Cameron kemarin memberikan paparan soal hasil negosiasinya dengan UE. Bapak empat anak itu berharap anggota legislatif mendukung keputusannya, yaitu tetap bersama UE. Namun, keinginan itu justru ditentang Wali Kota London Boris Johnson.
’’Ya, tentu saja jika Inggris meninggalkan UE, maka akan memberikan perasaan berkuasa. Tapi, Anda harus menanyakan kepada diri Anda sendiri apakah itu benarbenar nyata?’’ ujar Cameron.
Johnson yang merupakan politikus Partai Konservatif Minggu (21/2) waktu setempat mengumumkan bahwa dirinya mendukung Inggris meninggalkan UE. Dukungan Johnson tersebut menjadi pukulan tersendiri bagi Cameron. Sebab, pertama, Johnson separtai dengan Cameron dan bakal mencalonkan diri sebagai PM.
Alasan kedua, Cameron merasa kesempatan yang telah dicapainya dengan UE cukup memuaskan sehingga tidak perlu sampai hengkang. Gara-gara perpecahan di tubuh Partai Konservatif itu, nilai tukar mata uang Inggris terhadap dolar kemarin terjungkal.
Johnson menegaskan bahwa kesempatan referendum itu hanya datang sekali seumur hidup. Jika Inggris tetap bertahan di UE, hal itu hanya akan merusak demokrasi. ’’Akan banyak waktu untuk berbicara tentang Eropa dan masa depan cerah yang bisa dimiliki Inggris di luar UE dalam beberapa pekan mendatang,’’ ujar Johnson saat dimintai komentar tentang dukungannya terhadap Brexit kemarin (22/2).
Sejauh ini sudah ada enam menteri kabinet yang menyatakan dukungan terhadap Brexit. Beberapa laporan juga menyatakan, sepertiga dari 330 anggota legislatif mungkin mendukung Inggris lepas dari UE. Salah satunya tentu saja Johnson. Sebab, selain wali kota, dia menjabat anggota parlemen.
Di sisi lain, salah seorang pejabat yang mendukung keputusan Cameron adalah Menteri Pertahanan Michael Fallon. Dia menegaskan, meninggalkan UE justru menjadi perjudian besar terhadap keamanan Inggris. Hubungan kerja sama seperti dengan UE, NATO, dan PBB membuat Inggris lebih mudah menghadapi ancaman global.
Fallon juga menampik klaim dari salah satu pemimpin Partai Konservatif Duncan Smith yang menyatakan keanggotaan UE justru membuat keamanan Inggris lebih terancam. Sebab, UE berkonfrontasi dengan Rusia terkait dengan pendudukan Crimea serta menolak program nuklir Iran.
’’Saat ini keamanan dan pertahanan kita bergantung pada NATO, bukan UE. Tapi, UE menguatkan keamanan tersebut. UE mampu melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan NATO,’’ tegas Fallon.
Misalnya, melalui UE, negara-negara yang tergabung bisa bertukar catatan kriminal seseorang maupun hal-hal lain. Negaranegara di dalam UE juga bekerja sama dalam menangkis terorisme. ’’Kita butuh kerja sama dari UE ketika harus berhadapan dengan agresi Rusia maupun terorisme. Kita butuh menjadi bagian dari kemitraan besar ini,’’ tambahnya.
Komisi Uni Eropa menegaskan tidak akan ikut ambil bagian dalam kampanye referendum di Inggris. ’’Kami tak akan melakukan kampanye atau ambil bagian dalam kampanye. Tugas kami adalah memfasilitasi pemerintah Inggris dengan 27 negara lainnya saja,’’ tegas Juru Bicara Komisi UE Margritis Schinas. (AFP/Reuters/BBC/sha/c5/ami)