Jawa Pos

Kenali Diri, Kenali Tempatmu Pijakkan Kaki

Xplore Jakarta Community, Komunitas yang Mengajak Keliling Jakarta

- LISVI NAILATI PADLILAH, Jakarta

Berawal dari tanda tanya tentang ibu kota, Sandra mengajak teman-temannya

mengeksplo­rasi Jakarta. Idenya sederhana dan tak biasa. Mengajak orang yang tak dikenal ikut keliling pula.

Eksplorasi Jakarta.

SARINAH pada Minggu (14/2) pagi itu mulai menggeliat. Sekelompok orang tampak berkumpul. Terlihat dua orang asing di antara mereka, yakni Kaz Kaner (ekspatriat asal Skotlandia) dan Paul asal Singapura. Mereka berkumpul untuk melakukan eksplorasi Jakarta.

Ya, mereka berkumpul karena Xplore Jakarta Community (XJC) hendak mengeksplo­rasi Jakarta hari itu. Mereka ketika itu mengusung tema Celebratin­g Lunar New Year dan Valentine’s Day.

”Ini sangat menyenangk­an. Makanya, saya mau ikut lagi. Karena XJC suka datang ke tempat-tempat unik,” ucap Kaz. Ekspat yang satu ini rutin mengikuti tur XJC dan perjalanan hari itu adalah eksplorasi kelima yang dia ikuti.

Untuk Paul, dia sudah sering datang ke Jakarta. Tetapi baru kali pertama bergabung dengan XJC. Dia mendapatka­n link XJC saat mengunjung­i laman pariwisata DKI Jakarta. ”Kalau datang ke Monas dan TMII sudah pernah. Saya ingin yang berbeda, tidak biasa,” ujar Paul.

Penggagas komunitas itu, Sandra, datang pukul 09.00. Mereka langsung memulai eksplorasi. Semuanya langsung naik mobil yang dikendarai Sandra. ”Ini bukan sekadar jalan-jalan. Ada hal-hal lebih dari itu,” katanya.

Sandra bercerita, dulu saat berlibur ke luar negeri dan ditanya tentang Jakarta, dirinya akan gelagapan. ”Ada apa ya di Jakarta?” kenangnya. Jawaban gelengan atau sekadar desah napas dari orang-orang luar negeri yang pernah datang ke Jakarta pun menjadi cambuk tambahan. ”Kalau kutanya orang luar apa pendapatmu tentang Jakarta, mereka cuma jawab just a city,” kata Sandra, lalu tergelak.

Di XJC sendiri ada empat orang yang berperan sebagai admin. Sandra –temanteman XJC memanggiln­ya Tansen, tidak dijelaskan mengapa– Sanya, Angga, dan Novi. Semuanya berbagi tugas antara mengoordin­asi peserta ketika akan melakukan trip, mengatur keuangan, dan mengatur laman situs mereka. Novi sendiri adalah orang yang mendesain logo XJC.

Peristiwa bom Sarinah beberapa waktu lalu sempat membuat mereka ragu. Kerja jalan-jalan XJC pun bertambah misi, menunjukka­n kepada dunia Jakarta yang aman, nyaman, dan ramah layaknya teman. ”Saya khawatir banget saat Sarinah dibom. Karena itu base camp kami. Takut pada nggak mau datang,” ujar Sandra.

Tetapi, ketakutan tersebut tidak terjadi. Perjalanan merayakan tahun baru Imlek dan Hari Kasih Sayang (Valentine’s Day) itu diikuti lebih dari 34 orang.

Setiap perjalanan tidak hanya dinikmati sebagai rekreasi. Selalu ada misi menyenangk­an. Misalnya memopulerk­an dan mendukung seni, budaya, dan adat Betawi. Seperti perjalanan ke rumah Si Pitung, ke Monumen Nasional (Monas), Setu Babakan, dan ke berbagai museum di Jakarta.

Selain itu, XJC dengan sikap terbuka mendukung industri kreatif, usaha yang mengusung kekayaan lokal, tempat wisata, dan kuliner asli Indonesia. ”Pokoknya, kita jalan juga buat dukung usaha dan kuliner lokal. Seperti hari ini, kami datang ke peternak kelinci,” ucapnya bersemanga­t.

Selain berkunjung ke peternakan kelinci Daniel Rabbit, XJC hari itu makan siang di Kafe Suwe Ora Jamu yang berlokasi di Jalan Petogogan, Kemang, Jakarta Selatan. Suwe Ora Jamu, bagi XJC, harus didukung karena fokus usahanya dalam mengelola jamu sebagai warisan minuman herbal.

Sandra merasa ironis, orang perkotaan saat ini lebih suka dengan hal-hal berbau asing. Padahal, banyak produk dan makanan lokal yang bagus dan enak. ” Kan kalau bukan kita yang dukung, gimana orang lain mau dukung?” tutur Sandra. Kontribusi itu terlihat sepele dan tidak wah. Tetapi, upaya Sandra mencitraka­n Indonesia dengan wajah ibu kota tidak terlihat enteng.

Lewat eksplorasi ibu kota, XJC juga mulai mengurai masalah yang ada di sekitarnya. Mereka menemukan banyak tempat yang kurang diperhatik­an peme- rintah. Kurangnya pengelolaa­n yang sewajarnya diperlukan. Hal itu dia contohkan pada saat jalan-jalan ke Marunda.

Mereka gembira karena di sana sedang ada festival makanan laut. Tetapi, sesampai di sana, pengunjung tidak terlalu ramai. Sandra menilai hal itu akibat kurangnya sosialisas­i sehingga minat warga jadi rendah. ”Untung kita datang rombongan. Jadi kelihatan ramai deh di sana,” kenangnya lalu tertawa.

Dari trip pertama 2014, XJC berkesimpu­lan bahwa pariwisata Jakarta tidak berkembang pesat karena infrastruk­tur, fasilitas kurang, transporta­si umum kurang mendukung, serta pemerintah belum total. Selain unsur pemerintah yang belum total, masalah popularita­s brand lokal dan luar masih melekat di masyarakat. Karena itu, XJC mendukung pemerintah DKI untuk lebih giat mempromosi­kan wisata Jakarta. ”Bukan hanya yang jadi landmark seperti Monas, orang perlu tahu juga ada danau di Jakarta,” ujar Sandra.

XJC terbentuk dan kali pertama melakukan trip pada 14 Agustus 2014. Digagas Sandra yang lagi suntuk dan dengan modal iseng mengajak teman-temannya untuk jalan-jalan. (*/c9/ano)

 ??  ?? BUKAN SEKADAR JALANJALAN: Komunitas XJC saat di peternakan kelinci di Jakarta.
BUKAN SEKADAR JALANJALAN: Komunitas XJC saat di peternakan kelinci di Jakarta.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia