Air Mata Menetes saat Mengenang Korban Teroris
Menjadi orang nomor satu di Kodam VII Wirabuana tak lantas membunuh kreativitasnya untuk berkarya. Belum lama di Makassar, Mayjen TNI Agus Surya Bakti meluncurkan dua buku sekaligus. Peluncuran Buku Pangdam VII Wirabuana Mayjen TNI Agus Surya Bakti
MASIH pagi-pagi buta, Gedung Rektorat Universitas Hasanuddin, Makassar, sudah ramai dipadati anggota TNI, cendekiawan, dan mahasiswa kemarin. Peluncuran buku sekaligus kuliah umum Panglima Kodam VII Wirabuana Mayor Jenderal TNI Agus Surya Bakti begitu menarik perhatian.
Tepat pukul 10.01 Wita, ruang pertemuan di lantai 2 sontak lengang. Namun, hanya berhitung menit, gemuruh tepuk tangan membahana mengiringi masuknya Agus beserta istri yang juga artis Bella Saphira.
Setelah lagu Indonesia Raya, pembacaan ayat Alquran, serta sambutan rektor Unhas, Agus selaku pemilik hajat langsung tampil di podium. Sosok sederhana namun berwibawa itu tidak tampak canggung sedikit pun.
Selama satu jam, dia memaparkan kuliah dengan materi Deradikalisasi Nusantara secara sistematis, terstruktur, dan rapi dengan penguasaan materi yang bagus. Mungkin tidak begitu persis dengan isi buku, tetapi yang diwacanakannya sudah di luar kepala.
Buku tersebut ditulis berdasar pengalaman hidupnya sejak masih berpangkat letnan dua dan ditempatkan di daerah genting seperti Poso, Sulawesi Tengah.
’’Ilmu itu ada di kehidupan kita, bukan di buku. Saya pun tertarik menulis saat melihat guru saya bercerita di luar dari apa yang tertulis di buku. Begitu gamblang dan bagiku itu hebat. Karena itu, saya menulis,’’ terangnya.
Pemegang 21 penghargaan tersebut menyatakan tidak pernah bermimpi untuk menulis buku. Namun, suatu ketika, Agus membakar apa yang dituliskannya. Dia lalu menyesal dan berjanji kepada dirinya untuk menuliskan apa pun yang dialami.
Menurut Agus, banyak propaganda kekerasan dan menyudutkan agama yang sebaiknya dilawan dengan cara menuliskan propaganda yang sama dengan kalimat perdamaian. Meredam kekerasan dengan kearifan lokal serta budaya-budaya setempat.
’’Saya tantang mahasiswa Unhas agar KKN di Poso untuk mengimplementasikan buku saya. Kita bermain dengan pendekatan akademik untuk melunakkan para teroris,’’ terangnya.
Tak kuasa menahan haru, Agus sempat meneteskan air mata. Dia terdiam beberapa menit untuk menguasai emosi. Dia terkenang dengan para teroris dan korban teroris yang pernah dekat dengannya.
’’Saya kalau ingat para teroris dan korban teroris pasti seperti ini. Hidup mereka tidak mudah,’’ ujarnya.
Pemaparan Agus yang gamblang tanpa cela pun mendapat pujian. Para penanggap seperti guru besar Unhas Prof Dr Arifin Hamid dan dosen FISIP Unhas Dr Suryadi Culla tak ragu memuji kelebihan Agus. Tak ada sedikit pun kritik atau kalimat negatif lainnya yang terlontar.
’’ Tidak banyak tentara yang bisa menulis. Pak jenderal hebat bisa menulis beberapa buku yang luar biasa.’’ Begitu tanggapan Arifin yang diamini Suryadi. (*/JPG/c19/diq)