Saya Belajar dari Para Striker Terbaik Negeri Ini
SAMSUL ARIF
SULIT menyangkal sepak bola sebagai olahraga paling populer sejagat. Nyaris semua kalangan menggandrunginya. Bahkan, sepak bola sudah melampaui sekadar olahraga, menembus sekat-sekat hiburan hingga gaya hidup.
Tak perlu kaget kalau anak sekarang ketika ditanya pengin jadi apa saat dewasa, banyak yang me- ngatakan: bintang sepak bola. Kini sekolah sepak bola (SSB) tumbuh bagai jamur di musim hujan di seluruh pelosok negeri. Mulai yang biasa-biasa hingga berafiliasi dengan klub internasional.
Menjatuhkan pilihan hidup sebagai pemain sepak bola adalah pilihan yang tepat. Bagi saya, ini sebuah kenikmatan luar biasa. Bintang sepak bola adalah penghibur sejati yang sulit ditandingi oleh penghibur lain. Menjadi pemain sepak bola membuat kita menjadi pribadi yang sehat, bugar, dan optimistis. Sehat kita dapatkan, lalu materi dan popularitas pun beriringan. Belum tentu pekerjaan lain bisa memenuhi semua itu
Sepak bola menghadirkan daya magis tersendiri yang auranya bisa menghipnotis dan membius para penikmatnya. Alang kah bahagianya bisa beraksi di hadapan puluhan ribu penonton yang memadati stadion dan jutaan pasang mata melalui layar kaca.
Sejak kecil, inilah cita-cita saya. Ingin membanggakan keluarga, bisa menghibur masyarakat, dan melegenda. Tentu tidak ada jalan mudah untuk menuju itu. Bahkan, hingga kini saya masih merasa jauh dari cita-cita itu. Karena itu, saya menaruh hormat begitu tinggi kepada sederet senior yang telah menggapainya.
Sungguh tak mudah mencapainya. Tak cukup kerja keras, dibutuhkan pengorbanan. Widodo Cahyono Putro, Kurniawan Dwi Yulianto, Bambang Pamungkas, dan Cristian Gonzales telah menggapainya.
Tentu saja tak serta-merta dan seinstan merebus mi. Begitu banyak perjuangan yang kudu dilalui. Di televisi, mungkin Anda bisa melihat bagaimana Gon zales bermain, berlari, mencetak gol, layaknya remaja belasan tahun. Padahal, usianya nyaris kepala empat. Tetapi, sepertinya Anda belum lihat bagaimana dia berlari dalam latihan. Bagaimana dia menjaga pola makan, meminum suplemen dan vitamin, serta laku lain yang harus dijalani.
Yang tampak dari kejauhan hanya Gonzales sang raja gol. Tetapi, itu semua telah melalui rangkaian latihan yang disiplin. Betapa sangat keras dia melatih finishing ball dan shooting yang nyaris 90 persen selalu masuk ke gawang. Rutinitas luar biasa dilakukan demi menjaga kebugaran, melalui fitness dengan menambah porsi di atas ratarata pemain lain.
Beda Gonzales, beda lagi Widodo. Saya sungguh beruntung karena sempat menimba ilmu darinya. Meski tak pernah bermain bersama, setidaknya saya pernah dalam bimbingannya. Dia sosok pendiam di luar lapangan dan berubah menjadi sangat ambisius di dalam lapangan.
Teringat betul di benak saya bahwa dia selalu bersikap profesional. Mulai hal kecil seperti harus memakai sepatu ketika bepergian dari rumah atau mes hingga hal prinsip lain. Ketika menasihati, dia terlebih dulu melakukannya. Sungguh senior yang bisa jadi teladan sekaligus tetap bersahaja.
Memang sepak bola bukan hanya soal kecil seperti selalu memakai sepatu ketika bepergian. Masih banyak elemen lain. Hanya, bagaimana mungkin menjadi besar kalau belum tuntas dengan beberapa faktor kecil. Bagaimana kaki kita bisa mahal kalau tidak dirawat dan dilindungi dengan baik, meski itu hanya dengan selalu memakai sepatu kala bepergian.
Sepak bola menuntut kecerdasan. Selalu ada hal baru yang harus kita pelajari dari sepak bola. Dalam sebuah pertandingan, kerap situasi berubahubah. Karena itu, dibutuhkan konsentrasi tinggi yang ditunjang fisik prima.
Di luar negeri, dengan teknologi yang sudah maju, semua bisa teratur. Menu latihan, peralatan, analisis pemain, serta serba teratur di dalam dan luar lapangan.
*** Saya yakin, para pemain hebat memiliki attitude yang profesional. Mereka begitu detail dalam mengatur hidup serta tahu bagaimana menempatkan diri di dalam dan luar lapangan.
Di negeri kita, Bambang Pamungkas merupakan salah satu yang mewakili itu. Dia memiliki aura bintang serta bisa menggabungkan olahraga dengan hiburan. Meski sejatinya olahraga dan hiburan memang memiliki keterkaitan.
Kala itu, ketika Piala AFF 2012, saya sungguh beruntung karena bisa berada satu tim dengan Bepe, begitu dia biasa dipanggil. Saya sekamar dengannya di Malaysia selama dua pekan. Banyak yang saya pelajari darinya. Mulai cara bersikap kepada teman hingga mengatur hidup keseharian secara detail.
Semua yang dilakukan Bepe seperti tertata dan telah dilakukan berulang- ulang. Itulah yang membuat saya meyakini bahwa profesional adalah sebuah sikap.
Sejujurnya, saya kagum dan respek dengan profesionalitas rekan-rekan selama berada di Are ma Cronus. Bagaimana sikap saat berlatih, pergi ke gym sebelum ke lapangan, dan menambah porsi latihan sendiri di luar program pelatih. Mereka melakukannya berulang-ulang dengan disiplin sehingga sikap itu menular kepada seluruh tim.
Tidak ada kata sambilan kala memilih menjadi pemain sepak bola. Harus all-out. Total. Dan yang penting serta jangan terlupa, selalu dekat dengan Tuhan. (*)