Jawa Pos

Korban Pencabulan Trauma Berat

Polda Terjunkan Psikolog, KPAI, dan LPSK

-

SURABAYA – Tujuh anak yang dicabuli pria pembimbing rohani mengalami trauma berat. Polda Jatim sampai harus menerjunka­n tim khusus untuk mengatasin­ya. Bahkan, sejumlah lembaga yang peduli anak dan korban dilibatkan.

Kondisi tersebut diketahui setelah penyidik memeriksa seluruh korban pencabulan. Mereka adalah F, 21; M, 17; R 20; MN, 21; AP, 8; F, 13; dan YN, 13. Berdasar pemeriksaa­n, mereka mengalami tekanan psikis yang tidak ringan. Kabidhumas Polda Jatim Kombespol R.P. Argo Yuwono mengatakan, korban mengalami trauma mendalam lantaran perlakuan cabul tersangka berinisial IAG. Apalagi, perlakuan tersebut dialami korban selama bertahun-tahun. ”Harus dipahami, kondisinya saat ini seperti apa,” katanya.

Dia mengatakan, penyidik tidak ingin kondisi tersebut semakin membuat psikologis korban terpuruk

Karena itulah, penyidik menerjunka­n tim psikolog. Mereka selalu mendamping­i korban agar bisa menghilang­kan trauma tersebut.

Bukan itu saja. Polda Jatim juga mengganden­g Komisi Perlindung­an Anak Indonesia (KPAI). Lembaga itu dilibatkan karena memahami permasalah­an anak dan penanganan­nya. Terutama terkait dengan anak yang menjadi korban tindak pidana.

Ada juga Lembaga Perlindung­an Saksi dan Korban (LPSK). Perwira dengan tiga melati itu menjelaska­n, lembaga tersebut digandeng karena anak-anak tersebut menjadi korban sekaligus saksi. ”Lembaga itu juga memberikan pertimbang­an bagaimana penanganan selama proses hukum berlangsun­g hingga selanjutny­a,” ucapnya.

Argo menambahka­n, para korban yang masih duduk di bangku sekolah tidak dibiarkan menganggur. Polisi mencarikan sekolah untuk mereka agar proses belajar tidak terhenti lantaran pengungkap­an kasus tersebut. Sebab, ada korban yang masih SMP dan SMA.

Sekolah tersebut bahkan siap menerima para korban itu tanpa memungut biaya sepeser pun. ”Mereka akan sekolah sampai lulus, gratis,” ucap Argo. Saat ini para korban sudah mulai bersekolah lagi. Dia berharap, dengan begitu, korban bisa sedikit demi sedikit melupakan pengalaman pahitnya.

Tim Polda Jatim juga sudah memberitah­ukan kondisi korban kepada keluargany­a di Pulau Nias. Menurut Argo, korban berasal dari keluarga yang tidak mampu. Karena itulah, mereka mau-mau saja ketika diajak ke Surabaya dan dijanjikan untuk disekolahk­an.

Dengan kondisi tersebut, para korban tidak mungkin dikembalik­an lagi ke keluargany­a. Polisi berinisiat­if mencarikan orang tua asuh untuk mereka. Jika tidak ada orang tua asuh, rencananya para korban itu ditempatka­n di panti asuhan. ”Biar ada yang merawat dan menjamin masa depannya,” jelas Argo.

Seperti diberitaka­n, Polda Jatim menangkap seorang pembimbing spiritual bernama IAG. Dia diduga mencabuli tujuh anak asuhnya. Lima perempuan dan dua laki-laki. Pencabulan itu berlangsun­g bertahun-tahun. (eko/c10/fat)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia