Polisi Belum Tetapkan Tersangka
Insiden Maut Balapan Motor di Lintasan Eks Tol Porong–Gempol
SIDOARJO – Insiden maut dalam Supermoto Road Race Challenge 2016 di lintasan eks tol Porong– Gempol di Besuki, Kecamatan Jabon, Minggu (21/2) tetap diusut. Namun, polisi belum menetapkan tersangka dalam peristiwa yang merenggut dua nyawa itu.
Kapolres Sidoarjo AKBP Muhammad Anwar Nasir mengatakan, petugas sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) setelah peristiwa itu sekitar pukul 16.30. Saat melakukan olah TKP, petugas sudah menghentikan balapan. Kalau dihentikan, kenapa ada juaranya? Menurut Anwar, nama-nama juara sudah ditentukan atas kebijakan panitia.
Meski begitu, pihaknya akan menganalisis lebih dulu setelah ada hasil olah TKP. Sejauh ini, pe- tugas juga telah menyelidiki dan memerikisa saksi-saksi. ”Masih kami analisis. Jadi, kami belum tahu tersangkanya,” ungkap Anwar kemarin (22/2).
Yang jelas, event itu sudah mengantongi izin resmi. Berdasar informasi yang masuk, penonton yang menjadi korban tabrakan itu adalah kru event. ”Jarak korban dengan ban pembatas sejauh 12 meter. Sementara yang menabrak itu melaju tanpa rem sama sekali,” katanya.
Seperti diberitakan kemarin, ajang balap bertajuk Supermoto Road Race Challenge 2016 yang memperebutkan Piala Bupati Sidoarjo di lintasan eks tol Porong–Gempol berujung petaka. Dua korban tewas. Yakni, Muhammad Andi, 22, seorang pembalap asal Surabaya, dan Kusaini, warga Kedungbanteng, Tanggulangin.
Informasi yang dihimpun, Andi terluka setelah motornya hilang kendali dan menabrak pembatas lintasan. Andi akhirnya tewas saat menjalani pera- watan di RS Pusdik Gasum Porong. Adapun Kusaini tewas setelah pembalap motornya terlempar ke area penonton. Selain Kusaini, ada beberapa penonton yang terluka parah dalam insiden tersebut
Pukul 16.30
Setelah berkoordinasi engan panitia, polisi langsung menghentikan balapan untuk olah TKP. Meski balapan berhenti, panitia tetap menentukan juaranya.
Sementara itu, suasana duka masih menyelimuti anggota keluarga Kusaini di Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin. Muhammad Rozaqi, anak kedua Kusaini, mengungkapkan, dirinya tidak menyangka keinginan untuk bisa menikmati hiburan balapan bersama ayahnya tersebut berujung petaka.
Saat itu, Rozaqi bersama ayahnya tiba di lokasi balap motor Minggu (22/2) sekitar pukul 10.00. Keduanya pun membeli tiket VIP Rp 50 ribu untuk satu orang. Saat datang ke lapangan balap, Rozaqi mengaku sedikit ragu. Sebab, fasilitas pengamanan penonton VIP dirasa sangat kurang. ’’Jarak dengan penonton VIP sangat dekat dan minim pembatas,’’ katanya kemarin (22/2).
Awalnya, kondisi balapan berjalan aman. Namun, sekitar pukul 12.30, tragedi pertama terjadi. Kecelakaan dialami pembalap yang bernama Andi. Saat itu Rozaqi bersama ayahnya masih baikbaik saja. Begitu juga penonton yang lain.
Rozaqi melihat Andi saat itu terlihat kehilangan kendali di belokan pertama. ’’Lalu, menabrak pembatas besi. Motornya tidak sampai masuk ke penonton,’’ terang Rozaqi.
Begitu terjatuh, Andi langsung dievakuasi. Panitia masih melanjutkan kejuaraan balap motor tersebut. ’’Setelah Andi tumbang, penonton VIP semburat. Saya sa- ma ayah juga terpisah,’’ katanya.
Tidak lama kemudian, kecelakaan kedua yang merenggut nyawa Kusaini pun terjadi. Kejadian bermula saat salah seorang pembalap asal Sidoarjo ngepot di sirkuit. ’’Saya kurang tahu nama pengedaranya. Waktu itu masuk sesi balap motor 250 cc. Motornya terlempar ke arena penonton dan membuat ayah terlempar jauh keluar dari arena penonton,’’ jelas Rozaqi.
Menurut dia, saat itu posisi Kusaini sebenarnya tidak terlalu dekat dengan sirkuit. Namun, nahas, Kusaini-lah yang terkena bodi motor yang terlempar. Ayah Rozaqi itu pun terluka cukup parah. ’’Seketika itu petugas keamanan langsung membawa ayah dengan ambulans. Kondisinya benar- benar gawat,’’ ungkapnya.
Kusaini setiap hari hanya bekerja sebagai petani. Dia bersama istri, Sumaiyah, 50, dikaruniai dua anak. Anak pertama bernama Rini Rusdiana, 25, dan anak kedua Mohammad Rozaqi, 21. Di mata warga, Kusaini dikenal sebagai warga yang baik. ’’Kalau ada azan, dia (Kusaini) hampir selalu hadir untuk salat berjamaah,’’ kata Iqram, pengurus musala di Kedungbanteng.
Di mata Rini Rusdiana, Kusaini adalah ayah sangat bisa memahami keluarga. ’’Saya belum bisa melupakan kenangan bersama ayah,’’ ujar Rini dengan mata lebam karena menangis.
Istri Kusaini juga masih terlihat lemas. Rozaqi menuturkan, ibunya belum bisa ditemui. ’’Mulai Minggu malam (21/2) setelah pemakaman ayah, sampai hari ini (22/2) ibu masih menangis. Belum bisa diajak bicara banyak,’’ tuturnya.
Kini keluarga Kusaini menunggu janji Kapolres. Menurut Rozaqi, Kapolres akan membantu agar keluarga mendapat santunan dari Jasa Raharja. ’’Tapi, belum tahu kapan cairnya,’’ katanya.
Beberapa instansi kemarin mendatangi rumah Kusaini untuk memberikan bantuan. Bantuan dari Kapolres secara pribadi disampaikan melalui Kapolsek Tanggulangin. ’’ Tadi pagi (kemarin 22/2, Red) Pak Kapolsek bersama perangkat desa memberikan amplop dari Pak Kapolres. Minggu malam ada orang dari IMI yang datang ke rumah,’’ tuturnya.
Panitia Siap Bertanggung Jawab Insiden yang menewaskan dua orang dalam ajang Supermoto Road Race Challenge 2016 juga memukul panitia. Sebab, mereka merasa sudah menerapkan prosedur keamanan yang disyaratkan. Di sisi lain, upaya mereka untuk menjembatani adrenalin anak muda Sidoarjo untuk membalap dalam event resmi menjadi buram.
’’Terus terang, kami tidak menginginkan kejadian ini. Karena itu, kami sudah penuhi prosedur keamanan. Tapi, inilah musibah,’’ kata Franky Laurent, ketua panitia Supermoto Road Race Challenge 2016.
Dia menyebutkan, semua persyaratan penyelenggaraan kejuaraan sudah dipenuhi. Mulai izin dari IMI dan kepolisian. Pagar pengaman sebagai pemisah penonton dengan lintasan juga didirikan. Karung pasir serta ban bekas untuk meminimalkan pembalap keluar lintasan jika terjadi kecelakaan juga dipasang.
’’Kami juga meminta penonton tidak masuk ke area tengah. Memang sempat ada yang masuk, tapi kami minta keluar lagi,’’ terangnya.
Panitia mengaku sangat terpukul atas meninggalnya dua orang tersebut. Lebih-lebih jatuhnya korban di luar lintasan. ’’ Tapi, korban itu bukan penonton umum. Beliau itu bagian dari pendukung atau kru (Dilla Sport),’’ ungkap Franky.
Nah, motor yang menabrak korban merupakan kendaraan Dilla Sport. Franky menjelaskan, saat itu motor dari klub tersebut sempat bersenggolan di tikungan dengan lawannya. Motor lalu melaju lurus dan menabrak tumpukan ban. Setelah itu, motor terlempar dan mengenai Kusaini di area tengah yang seharusnya steril dari penonton.
’’Kami bertanggung jawab atas kejadian ini. Karena itu, kami bantu semua. Mulai biaya rumah sakit, santunan, dan pengurusan asuransi,’’ tegas Franky.
Para pembalap dan tim Dilla juga memberikan santunan kepada keluarga Kusaini. ’’Kami juga sudah bicara baik-baik dengan mereka dan keluarga tidak menuntut,’’ imbuhnya.
Franky berharap insiden Minggu lalu itu tidak membuat dunia balap Sidoarjo dimatikan. Sebab, kata dia, event tersebut merupakan upaya untuk meminimalkan balap liar yang marak di Sidoarjo.
Pernyataan senada dilontarkan Ketua DPRD Sidoarjo Sullamul Hadi Nurmawan. Kebetulan pergelaran balap motor tersebut dibuka Wawan, sapaan Sullamul Hadi Nurmawan. ’’Problem balap liar kan cukup rumit. Nah, kami harap event balapan resmi bisa meminimalkan. Tapi, musibah terjadi di situ,’’ ujarnya.
Padahal, sejak awal Wawan mewanti-wanti panitia untuk selalu mengedepankan keamanan. Terutama bagi penonton. ’’Belajar dari kejadian tersebut, kami terpikir untuk membangun sirkuit,’’ ungkapnya.
Dengan sirkuit, dewan berharap balap liar bisa ditekan. Balapan pun akan sangat aman dan nyaman bagi pembalap maupun penonton. ’’Saya nilai sirkuit itu penting. Kalau tidak, balap liar akan semakin banyak dan itu jelas sangat mengganggu dan membahayakan banyak pihak,’’ tegasnya. (tib/sam/fim/c10/c5/hud)