Jawa Pos

Nazar Tak Potong Rambut sebelum Semua Warga Punya Rumah

Perawakann­ya tinggi besar. Wajahnya garang. Rambutnya gondrong. Kalau bicara ceplas-ceplos. Tapi, Agus Wibowo sangat peduli dengan warganya. Kades Watu Tulis itu juga pencinta seni dan budaya. Agus Wibowo, Kades Watu Tulis, Prambon, yang Nyentrik

-

AKHIR bulan lalu, puluhan kepala desa berkumpul di Pasar Perumtas Prambon. Mereka adalah kades yang bergabung dalam Forum Komunikasi Kepala Desa (FKKD) Sidoarjo. Acara itu juga dihadiri Bupati Sidoarjo Saiful Ilah yang saat itu belum dilantik. Orang nomor satu di Sidoarjo itu sangat senang bisa datang ke pertemuan tersebut. Walaupun Saiful datang sore, puluhan kades itu tetap sabar menunggu. ”Maaf, tadi masih ada tamu,” ungkap mantan Wakil Bupati Sidoarjo itu.

Para kades antusias mendengark­an penjelasan Saiful. Dari puluhan kades, ada satu orang yang berpenampi­lan beda. Dia memang mengenakan seragam dinas berwarna khaki. Namun, dia mengenakan blangkon. Rambutnya juga gondrong. Jari tangannya penuh dengan akik. Kacing baju bagian atas sedikit terbuka, sehingga kelihatan kalung yang dikenakann­ya. Agus Wibowo memang kades yang tergolong nyentrik. Kades Watu Tulis, Kecamatan Prambon, itu berani tampil beda.

Penampilan­nya itu tidak lepas dari kecintaann­ya kepada seni dan budaya. Agus mempunyai berbagai macam koleksi akik. “Saya nggak hapal berapa” kata dia. Agus juga tergila-gila dengan wayang dan alat musik karawitan. Kades yang sudah menjabat selama empat tahun itu sangat sering mengelar kesenian Jawa itu. Bahkan, hatinya bergetar saat mendengark­an suara gong. Kantor desanya sering menjadi pusat pagelaran kesenian lokal itu.

Selain pencinta seni, Agus juga sangat peduli dengan warganya. Dia mempunyai target untuk menjadikan warga mempunyai rumah semua. Sekarang, kata dia, masih ada empat kepala keluarga (KK) yang belum punya tempat tinggal sendiri. Mereka tinggal di bangunan liar. ”Saya masih berusaha agar mereka bisa mempunyai rumah,” ungkap dia.

Saat ini, Agus masih mencari tanah untuk membangunk­an mereka rumah. Menurut dia, ada lahan yang dia incar. Dia masih melakukan pendekatan kepada pemiliknya. Dia berharap bisa membeli tanah itu. Jika sudah terbeli, dia akan membangunk­an rumah untuk mereka. Dari mana biayanya? Menurut Agus, dia pantang menggunaka­n anggaran desa atau meminta sumbangan. Ia akan berusaha sendiri mendapatka­n uang. ”Pasti ada jalan,” jelas dia

Dia yakin, niat baik akan dimudahkan. Bahkan, dia bernazar, sebelum empat KK itu mempunyai rumah, dia tidak akan memotong rambut gondrongny­a. Sikap itu adalah bentuk kepedulian­nya kepada nasib warganya. Semua warga harus mempunyai rumah yang layak. Agus tidak hanya peduli dengan tempat tinggal warga. Dia juga sangat aktif menyelesai­kan masalah yang menimpa warganya. Suatu saat, ada warganya yang mencuri baut rel kereta api. Dia pun kaget dengan tindakan itu. Ia ikut mendamping­i warga sampai ke Polda Jatim. “Mereka warga saya. Saya ikut bertanggun­gjawab,” ungkapnya. Akhirnya masalah itu bisa diselesaik­an.

Warganya juga pernah terlibat tawuran. Dia langsung tanggap dan menjadi penengah. Kasus itu dia tangani. Agus rela mendamping­i sampai ke kantor polisi. Menurut dia, seorang pemimpin harus peduli dengan warganya. ”Kalau berani menjadi pemimpin, berarti harus berani berkorban,” ungkapnya.

Camat Prambon Fredik Suharto mengatakan, Agus memang berbeda dengan kades yang lain. Walaupun nyentrik, dia tidak lupa dengan warganya. Karena itu, tidak heran jika dia dipilih menjadi kades. Banyak masalah di tingkat desa yang bisa diselesaik­annya. “Làngkah yang dilakukan Kades Watu Tulis dalam menyelesai­kan masalah warganya sudah tepat,” kata dia. (*/oni)

 ?? HENDI/ PEMASARAN JAWA POS ?? UNIK: Kades Watu Tulis Agus Wibowo menunjukka­n koleksi akiknya di Pasar Perumtas Prambon.
HENDI/ PEMASARAN JAWA POS UNIK: Kades Watu Tulis Agus Wibowo menunjukka­n koleksi akiknya di Pasar Perumtas Prambon.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia