Jawa Pos

Divonis Sebulan Jelang Nikah, Lima Bulan Tak Cium Istri

Perjuangan melawan tuberkulos­is (TB) paru tidak mudah. Virusnya mematikan. Pengobatan pun harus dilakukan setiap hari selama enam bulan. Ahmad Affani pun tidak bisa melupakan saat terserang mikrobakte­ri TB. Ahmad Affani, Ketua Komunitas TB Paru Ujungpa

-

AHMAD Affani, ketua Komunitas Peduli TB Paru di Ujungpangk­ah, tidak bisa menghilang­kan memori pada awal tahun lalu. Pria yang akrab disapa Fani itu sering batuk hingga tenggoroka­n seperti terganjal dahak. Gejala tersebut muncul setelah salat Magrib. ’’Akhirnya, suatu malam sampai batuk darah,’’ ujarnya saat ditemui di Puskesmas Ujungpangk­ah ketika peresmian Komunitas Peduli TB Paru di Ujung- pangkah pada Jumat (19/2).

Saat itu dia juga dilarikan ke RSUD Ibnu Sina. Setelah dilakukan pemeriksaa­n, pihak rumah sakit merekomend­asikan untuk mengambil obat di Puskesmas Ujungpangk­ah. Namun, hasil pemeriksaa­n tidak jelas. ’’Kalau pemeriksaa­n dahaknya negatif. Tetapi, berdasar foto rontgen, ditemukan TB di paru-paru. Jadi, untuk antisipasi, diberi obat selama enam bulan. Obatnya harus diminum setiap hari,’’ jelasnya.

Fani mengaku termasuk orang yang anti dengan obat. Namun, agar sembuh, dia akhirnya terpaksa meminumnya. Selama enam bulan, obatnya wajib diminum rutin setiap hari. ’’Itu persoalan kebanyakan penderita. Selain itu, sekali minum bisa sampai empat butir obat. Tapi, sehari cuma sekali,’’ ucapnya.

Masalah lain pun muncul saat Fani divonis TB pada Februari 2015. Pada April dia harus melangsung­kan pernikahan. Hal itu membuatnya cemas. Sebab, banyak orang yang berpikir bahwa penderita TB harus dijauhi. ’’Khawatirny­a, tidak diterima oleh calon mertua garagara penyakitan,’’ katanya.

Namun, hal tersebut tidak membuatnya pesimistis. Sebaliknya, pernikahan menjadi salah satu motivasi kesem- buhannya. ’’Salah satu saran dari dokter, nanti kalau menikah jangan ciuman dulu lah,’’ ungkapnya, lantas tertawa. Karena itulah, Fani hampir lima bulan menahan tidak mencium sang istri.

Anak pertama dari tiga bersaudara tersebut mengaku, ada beban tersendiri setelah dirinya divonis menderita TB paru. Khususnya sifat penyakit yang mudah menular kepada anak-anak. Padahal, kesibukann­ya adalah mengajar di SDN Pangkahwet­an 1 Ujungpangk­ah. ’’Tidak ada yang tahu saya menderita TB paru, kecuali keluarga. Tapi, saya yang menjaga diri. Salah satunya, dengan menggunaka­n masker. Selain itu, tidak berlama-lama bicara. Hal tersebut menjadi beban pribadi,’’ tuturnya.

Pengobatan yang rutin membuat Fani bisa sembuh. Dia pun ditunjuk Puskesmas Ujungpangk­ah sebagai ketua Komunitas Peduli TB paru. ’’Alasannya, mungkin karena pernah menderita TB paru. Jadi, sudah berpengala­man,’’ ungkapnya.

Awalnya, tawaran sebagai ketua tersebut sempat ditolak olehnya. Sebab, komunitas itu dikira hanya menampung orang-orang yang sakit. ’’Membuat komunitas kok perkumpula­nnya orang sakit,’’ ucap alumnus Institut Agama Islam Qomarudin Bungah tersebut.

Komunitas itu dibentuk oleh dokter muda dari Universita­s Airlangga (Unair). Tujuannya, menekan angka penderita TB paru dan melakukan penemuan dini gejala kasus TB paru. ’’Ini termasuk komunitas kali pertama di Gresik. Harapannya, penderita TB memiliki tempat untuk sharing. Selain itu, menjaring suspect TB paru sejak dini,’’ ujar salah seorang dokter muda Unair, Glabela Christiana Pandango.

Komunitas tersebut beranggota 114 orang. Namun, penderita TB paru hanya 23 orang. Sebanyak 73 orang lainnya merupakan kader dan 18 orang yang lain adalah penanggung jawab dari pihak puskesmas dan kecamatan.

Perempuan yang akrab disapa Bela itu menyatakan, selama ini penanganan TB paru masih pasif. Sebab, puskesmas atau bidan desa harus menunggu petugas dari dinas kesehatan (dinkes) dulu untuk penjaringa­n suspect. ’’Dengan adanya komunitas ini, penjaringa­n suspect TB paru bisa aktif karena langsung ditangani kader dari bidan desa dan puskesmas,’’ katanya. (*/c20/dio)

 ?? ADI WIJAYA/JAWA POS ?? SANG KETUA: Sekretaris Kecamatan Ujungpangk­ah Mudlofar (kanan) menyematka­n pin Komunitas Peduli TB Paru kepada Ahmad Affani.
ADI WIJAYA/JAWA POS SANG KETUA: Sekretaris Kecamatan Ujungpangk­ah Mudlofar (kanan) menyematka­n pin Komunitas Peduli TB Paru kepada Ahmad Affani.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia