Potensi Wisata Kampung Legen

GRESIK – Suasana hijau siap me nyambut ketika masuk Desa Hendro sari, Kecamatan Menganti. Desa di perbatasan Gresik-Surabaya itu memi liki ribuan pohon lontar ( siwalan). Bahkan, usianya mencapai ratusan tahun.

”Jumlahnya mencapai tiga ribu lebih. Pohon itu ada sejak saya masih kecil, mungkin saya belum lahir. Usianya sudah lebih dari seratus tahun. Karena tidak memiliki hama, bisa bertahan hidup lama,” tutur Kepala Desa Hendrosari Asno Hadi kemarin (22/2).

Asno mengatakan, tidak sedikit orang dari luar kota yang berkunjung. Tujuannya, mencari legen. Sebab, legen bisa menjadi obat alternatif untuk sakit ginjal dan kencing manis (diabetes). ”Kalau di sini, airnya langsung dari pohon,” ujarnya.

Sebagian besar warga Desa Hendrosari berprofesi sebagai petani lontar. Satu keluarga memiliki jumlah pohon yang berbeda-beda, mulai sepuluh sampai seratus pohon. ”Dulu, harga legen masih tiga ribu rupiah. Sekarang per liter bisa mencapai lima belas ribu rupiah. Kondisi ekonomi pun semakin baik,” tuturnya.

Asno memaparkan, luas tanah yang ditumbuhi pohon siwalan sekitar 90 hektare. Sedangkan luas desa mencapai 194 hektare. ”Pohonnya mengelilingi seluruh desa ini,” ujarnya.

Asno mengklaim Desa Hendrosari sebagai satu-satunya wilayah yang memiliki kebun siwalan di Kota Pudak. Karena itu, wilayahnya berpotensi menjadi destinasi wisata kampung legen. ”Saat ini belum ada wacana soal wisata kampung legen. Namun, kampung kuliner sudah direncanakan oleh Pak Bupati Sambari,” katanya.

Salah seorang petani siwalan, Suparmin, mengaku bisa mengambil legen sampai dua kali dalam sehari. Dalam sekali ambil, bisa 5–10 liter legen yang dihasilkan. ”Itu kalau musim hujan seperti ini. Kalau musim kemarau, bisa sampai 70 liter,” tutur dia.

Suparmin mengatakan, saat musim hujan, legen susah keluar. Sebab, kandungan air yang banyak malah merusak legen. Untuk penjualan legen, dia menyatakan tidak sulit. Sebab, ada pengepul yang mengambil sendiri legen-legen itu. ( adi/c11/dio)