Bersaing Bunga, BPR Perlu Channeling
SURABAYA – Bank Perkreditan Rakyat (BPR) belum diizinkan menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR). Padahal, KUR mempunyai bunga yang sangat rendah, yakni 9 persen. Hal itu membuat BPR bersaing ketat dengan bank-bank umum penyalur KUR, yang biasanya mengambil segmen usaha mikro kecil menengah (UMKM).
KUR diprogramkan pemerintah untuk mengentaskan lintah darat. Sementara itu, BPR identik dengan bank berbunga kredit tinggi. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur (BI Jatim) Benny Siswanto mengatakan, BPR setidaknya mampu melakukan channeling.
’’Saya rasa channeling saja. Kalau untuk eksekusi, orangnya juga terbatas (di BPR),’’ katanya. Linkage program BPR dengan bank umum bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh BPR. Artinya, BPR harus menangkap peluang yang ada agar penyaluran kredit tetap tumbuh di tengah bunga yang bersaing.
Benny sangat mendukung usul Gubernur Jatim Soekarwo beberapa waktu lalu bisa didengar pemerintah. Usul Soekarwo agar BPR bisa ikut menyalurkan KUR, menurut dia, sangat tepat. Sebab, pemerintah perlu memperhatikan industri keuangan kecil di daerah.
’’Kita akui, dalam konteks KUR memang pemerintah memikirkan risiko yang paling rendah. Bank umum saja kalau menyalurkan KUR harus sehat. Nah, BPR nanti juga,’’ lanjutnya.
Data Kantor Perwakilan BI Jatim menunjukkan, kesehatan BPR dari sisi kredit macet sebenarnya sudah menembus threshold. Per September 2015 lalu, angka non-performing loan (NPL) BPR mencapai 6,42 persen atau stabil seperti bulan sebelumnya. NPL tertinggi terjadi pada kredit investasi, yakni mencapai 15,54 persen atau naik cukup tinggi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang masih di level 9,23 persen. Sementara itu, sisi loan to deposit ratio (LDR) menunjukkan penurunan, dari 125,95 persen menjadi 123,61 persen. (rin/c19/oki)