Gencatan Senjata Syria 27 Februari
Assad Sepakat, Minus Serangan terhadap ISIS
DAMASKUS – Pemerintah Syria mendukung kesepakatan Rusia dan Amerika Serikat (AS) untuk menunda aksi militer di republik tepi Laut Mediterania tersebut. Kemarin (23/2) Presiden Bashar al-Assad mengaku siap ikut mewujudkan ’’gencatan senjata’’ sementara di wilayahnya. Terpisah, oposisi mengungkapkan hal senada.
’’Kami bersedia menghentikan serangan, kecuali terhadap jaringan Negara Islam (IS alias ISIS) dan Fron Al-Nusra yang merupakan afiliasi Al Qaeda. Itu sesuai kesepakatan Rusia dan AS,’’ jelas jubir Pemerintah Syria di Kota Damaskus. Untuk teknisnya, menurut sang jubir, Syria akan berkoordinasi dengan Rusia. Sebab, selama ini, militer Rusia lah yang banyak bekerja sama dengan pasukan Syria.
Rencananya, semua pihak yang terlibat dalam perang sipil di Syria itu akan menghentikan serangan mereka mulai Sabtu (27/2). Tetapi, Syria masih akan berkoordinasi lebih dulu dengan Rusia tentang wilayah mana saja yang akan masuk dalam zona ’’gencatan senjata’’ mereka. Yang jelas, pasukan Assad tidak akan berhenti melancarkan serangan antiteror ke kantongkantong ISIS dan Fron Al-Nusra.
Dalam pernyataan resminya, Damaskus menegaskan pentingnya mengamankan perbatasan. Karena itu, pasukan Syria akan lebih fokus berjaga di sana. Terutama perbatasan Syria dan Turki. Assad yakin perbatasan itulah yang menjadi jalur penyelundupan senjata dari negara-negara asing untuk kelompok militan. ’’Memutus suplai bantuan asing untuk teroris adalah prioritas kami,’’ ujar jubir Assad.
Sehari sebelumnya, Rusia dan AS sepakat menunda aksi militer di beberapa kawasan Syria. Terutama di kawasan permukiman. Awalnya, Syria tidak mau terlibat dalam kesepakatan tersebut. Sebab, penundaan aksi militer untuk jangka pendek bukanlah solusi bagi konflik Syria. Namun, setelah berunding dengan Moskow, Damaskus pun akhirnya berubah pikiran.
’’Pasukan Assad dan oposisi Syria harus berhenti melancarkan serangan mereka pada Jumat tengah hari (26/2). Itu menjadi syarat utama pelaksanaan gencatan senjata sementara mulai Sabtu pukul 00.00,’’ terang Reuters. Tidak jelas sampai kapan penundaan serangan tersebut akan berlangsung. Selama ini, serangkaian gencatan senjata yang sudah disepakati selalu gagal di tengah jalan.
Selama empat pihak yang terlibat konflik itu rehat dari pertempuran, giliran para pekerja kemanusiaan yang aktif. Mereka bisa memanfaatkan masa ’’gencatan senjata’’ tersebut untuk mendistribusikan bantuan kepada warga sipil. Termasuk ke zona-zona rawan konflik yang selalu mereka hindari ketika melakukan tugas kemanusiaan di Syria.
Sejauh ini, konflik yang meletus pada awal 2011 tersebut telah merenggut sedikitnya 260.000 nyawa. Itu belum termasuk jutaan warga sipil lain yang terpaksa menjadi gelandangan atau telantar di negeri orang. Karena itu, saat mendengar berita baik tentang gencatan senjata, Sekjen PBB Ban Kimoon pun langsung menyambut gembira. ’’Ini sinyal harapan yang sudah ditunggutunggu,’’ katanya.
Di sisi lain, Noah Bonsey dari International Crisis Group pesimistis mendengar kesepakatan tersebut. ’’Menghentikan segala bentuk serangan, kecuali terhadap Fron Al Nusra? Kesepakatan ini jelas akan gagal. Sebab, Rusia dan rezim Assad cenderung menyebut semua kelompok sebagai Fron Al Nusra dan IS,’’ sindir pengamat senior ICG itu lewat akun Twitternya. (AFP/Reuters/BBC/hep/c20/ami)