Harga Rp 1,2 Miliar, Sekarang Jadi Tempat Bermain Anak
Kapal Inka Mina, Bantuan Pemerintah yang Kini Tertambat di Pinggir Sungai Pemerintah memberikan bantuan kapal Inka Mina kepada masyarakat di Tarakan, Kalimantan Utara, dengan tujuan baik. Nelayan bisa menggunakannya untuk menambah penghasilan dari melaut
DARI jauh, kondisi kapal Inka Mina terlihat masih kukuh dan bagus. Namun, begitu mendekat, terlihat karat menghiasi bagian kapal yang terbuat dari besi.
Mirisnya, ada bagian kapal seharga Rp 1,2 miliar tersebut yang hilang. Contohnya, alat tangkap yang seharusnya terpasang di bagian depan kapal berbodi fiber berwarna biru dengan lis putih dan bermesin diesel dengan merek Dongfeng itu.
Bahkan, kemarin siang, tercium bau bangkai ikan yang memenuhi tong penuh karat di atas kapal di RT 17, Kelurahan Mamburungan, Kota Tarakan, tersebut. Bukan hanya itu. Sampah juga menghiasi kapal. Mulai kulit durian hingga sampah plastik bekas makanan.
Bukannya dimanfaatkan nelayan lokal, kapal mahal tersebut malah menjadi tempat bermain anak-anak sekitar. Kapal yang lama-kelamaan menjadi bangkai itu memang sudah rutin menjadi tempat bermain mereka.
’’Sudah lama kapal ini di sini, tidak pernah ke manamana (melaut, Red),’’ ujar Ardi, salah satu anak, sambil menghabiskan sisa es jeruknya dan dengan santai membuang plastiknya ke pinggir kanan dek kapal. Agar tidak terbawa arus, Inka Mina 437 diikat dengan seutas tambang putih ke batang mangrove di pinggir sungai.
Beralih ke ruang kemudi. Ruangan kecil berukuran 2 x 3 meter itu terkunci. Mungkin dikhawatirkan jaring, perkakas, dan tali di dalamnya dijarah.
Tarakan sebenarnya diberi 2 unit Inka Mina pada 2012. Yang satu baru dioperasikan empat kali. Yang satu lagi hanya dipakai untuk memancing dan tidak pernah menghasilkan apa pun. Karena itu, Inka Mina hanya ditambatkan di Mamburungan.
Ketua Persatuan Nelayan Kecil (PNK) Rustam membenarkan bahwa Inka Mina tidak memberikan manfaat sama sekali bagi nelayan Tarakan. ’’Bisa melaut lebih jauh itu betul. Persoalannya, kapal itu tidak sesuai dengan kondisi alam di sini dan tidak sesuai dengan potensi ikan yang ditangkap. Selain itu, model dan bentuknya tidak sesuai,’’ jelasnya.
Rustam berharap bantuan seperti Inka Mina tersebut tidak lagi diberikan. Menurut dia, hal tersebut sangat mubazir. ’’Harga kapal itu Rp 1,2 miliar. Kalau dialihkan ke bantuan yang lebih tepat seperti kapal-kapal kecil, kan lebih bermanfaat,’’ tegasnya.
Program pembuatan dan pengelolaan kapal Inka Mina terjadi pada pada 2010-2013. Program ini dilaksanakan di 11 kabupaten/kota. Selain Tarakan, kapal itu juga ada di Kabupaten Lombok Tengah (Nusa Tenggara Barat), Kabupaten Indramayu ( Jawa Barat), Kota Medan (Sumatera Utara), dan Kepulauan Riau.
Kapal bantuan pemerintah pusat itu rencananya bakal ditarik Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kaltara. Alasannya, DKP Kaltara menilai kelompok nelayan di Tarakan tidak begitu kreatif sehingga akan menarik kapal tersebut untuk dialihkan ke kelompok nelayan yang lebih membutuhkan.
Dalam pemberian bantuan kapal tersebut, sebenarnya pemerintah pusat melalui pemerintah provinsi bertujuan agar nelayan dapat sejahtera dan mampu meningkatkan hasil produksi ikan tangkap. Pihak DKP awal Maret akan kembali mengumpulkan kelompok nelayan seKaltara termasuk dua kelompok yang mendapatkan dua unit kapal Inka Mina.
Apabila ada kelompok nelayan yang ingin menggunakan bantuan kapal tersebut, maka harus bersedia membuat surat pernyataan agar dapat mengoperasikan kapal tersebut. Syaratnya bersedia dan siap membuat surat pernyataan karena harus dirawat (*/fly/c5)