Minim Kata-Kata hingga Tembus Batas-Batas Negara
Salah satu legendaris di Jepang adalah Ini adalah racikan kreativitas dan kegilaan orangorang Negeri Sakura itu untuk mewujudkan apa pun di panggung. Resep utamanya adalah kegembiraan. Orang-Orang Kreatif di Balik Kegilaan Variety Show di Jepang (3-Hab
game show
Masquerade. KEGEMBIRAAN itu tampak pada sepanjang pertunjukan Masquerade di Tokyo Big Sight, Tokyo, menjelang pengujung tahun lalu. Udara dingin yang membekap ibu kota Jepang itu seketika lenyap di dalam gedung besar di kawasan Teluk Tokyo tersebut. Hangat oleh pengatur ruangan, hangat oleh tawa-tawa yang terus muncul dalam pertunjukan sepanjang satu jam tersebut.
Jawa Pos menonton langsung bersama dua media dari Hongkong. Kami diundang oleh Gem TV, kanal baru hasil kongsi Sony Pictures Entertainment dan Nippon TV. Hari itu, 33 peserta unjuk kegilaan. Beberapa sangat gila. Beberapa tampil simple, tapi mengena.
Tengok saja penampilan Ikuko Shimano, seorang guru dan pemilik taman kanak-kanak. Dia tampil dengan kostum dan wajah hijau. Bentuknya tampak seperti kedelai yang masih terbungkus. Dia berjalan megal-megol bak penguin sambil berkata-kata, ’’ Edamame, edamame, edamame!’’.
Persis di depan panggung, dia membuka bagian dadanya. Seketika, muncullah tiga kepala hijau. Kepala-kepala yang diibaratkan kedelai itu disusun dari tiga anak kecil yang dililit-lilitkan memakai kain gendongan di tubuhnya. Simpel. Tapi, penonton langsung tergelak.
Tantangan terbesar Shimano adalah menjaga mood para bocah yang masih balita itu. ’’ Tapi, mereka senang karena saya bilang bahwa mereka akan tampil di TV,’’ ujarnya di balik panggung setelah acara.
Aksi Yasue Matsubara tak kalah edan. Seorang diri, dia membawakan kisah Sleeping Beauty. Sesuai dengan ciri khas acara Masquerade, peserta memang harus membikin properti –juga memanfaatkan tubuh mereka– untuk membentuk apa saja. Maka, jadilah rok besar Matsubara menjadi gua, kakinya menjadi naga, hingga dia sendiri akhirnya menjelma menjadi putri.
Syuting pada pekan terakhir Desember 2015 itu sudah ditayangkan di Jepang pada 13 Februari. Tentu, penonton di Indonesia bisa menyaksikannya lewat GEM TV yang nongol di saluran Nexmedia, Transvision, MyRepublic, dan Skyindo.
Nah, otak di balik Masquerade yang fenomenal itu adalah Fumihiko Kanbe. Dia memang produser legendaris di Nippon TV. Bayangkan, game besutannya tersebut tayang sejak 1979. Dan, sejak itu, Masquerade tetap bertengger sebagai salah satu show paling heboh di Jepang.
Acara tersebut bukanlah adu kostum atau kabaret semata. Demi kontes itu, peserta juga harus mengubah diri dan situasi panggung menjadi beragam aksi serta berbagai bentuk. Mereka bisa jadi orang ternama, hewan, hingga fenomena alam. Nippon TV pun berani menggelari Masquerade sebagai salah satu bentuk hiburan paling unik sejagat.
’’Itu karena kami tidak banyak katakata,’’ ujar Fumihiko Kanbe setelah acara. Dengan dialog yang minim, orang-orang dari segala penjuru dunia bisa menikmati. Bahkan, banyak juga ekspatriat yang berpartisipasi pada acara tersebut.
Ya, Masquerade membuktikan bahwa kesederhanaan justru bisa menciptakan kelucuan yang menembus batas. (*/habis/c19/jan)