Bisa Juga untuk Osteoarthritis
JIKA dibandingkan dengan operasi konvensional, arthroscopy memiliki banyak keunggulan. Selain meminimalkan resiko, arthroscopy dapat membuat sudut visual yang dibutuhkan oleh dokter menjadi lebih luas dan detail. Jika MRI hanya memberikan hasil pencitraan ( mampu melakukan visualisasi langsung untuk mengetahui ukuran, posisi, hingga potensi gangguan yang disebabkan oleh cedera.
Kamera arthroscopy akan memudahkan evaluasi di semua sudut dan daerah yang ingin dievaluasi. ”Melalui teknik itu, dokter bisa melakukan penjahitan pada sendi atau kapsul yang robek, melakukan rekonstruksi terhadap ligamen, dan cukup menggunakan regional anestesi sehingga pasien pun dapat melihat secara langsung proses operasi melalui monitor yang ada,” jelas Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi dr Teddy Heri Wardhana SpOT(K).
Tindakan arthroscopy ini dapat dilakukan secara day surgery. Untuk kasus yang tidak terlalu berat, operasi dilakukan dalam waktu singkat. Setelah efek bius hilang, pasien diperbolehkan pulang. Tentu hal tersebut dibarengi dengan komitmen pasien untuk menjaga kondisi selama masa pemulihan.
Teknik yang sama bisa dilakukan terhadap penderita pengapuran sendi ( Untuk kasus yang masih ringan pada grade satu hingga tiga, dokter akan melakukan proses pembersihan pada daerah persendian, dan apabila dilakukan rekonstruksi hanya membutuhkan waktu sekitar dua jam.
Teddy menyarankan, untuk pasien yang telah menjalani operasi dapat melanjutkan dengan program fisioterapi agar mendapatkan hasil yang optimal. Diharapkan setelah tiga bulan pascarekonstruksi ligamen, pasien dapat kembali berolahraga seperti sebelumnya. ”Dengan tehnik minimal ini, kami berharap seorang atlet yang melewati tindakan rekonstruksi bisa kembali ke aktivitasnya sebagai olahragawan dan berprestasi kembali,” ucap dia. (nad/c11/aan)
Spesialis Ortopedi dan Traumatologi