Bekas Luka Minimal, Hasil Maksimal
CEDERA gara-gara olahraga bukan saja risiko yang harus dihadapi para atlet. Orang awam pun bisa saja mengalami sport injury. Apalagi, makin banyak jenis olahraga yang populer sebagai bagian dari lifestyle. Misalnya cycling, lari, basket, atau yoga.
Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Siloam Hospitals Surabaya dr Teddy Heri Wardhana SpOT(K) mengungkapkan, sport injury yang kebanyakan dialami atlet profesional maupun seseorang yang sekadar mengikuti tren adalah cedera persendian. ”Biasanya menyerang bagian ligamen,” jelasnya.
Cedera tersebut terjadi gara-gara atlet tidak melakukan persiapan dengan baik. Karena itu, Teddy menyarankan beberapa tindakan yang perlu dilakukan untuk menurunkan risiko cedera. Pertama, atlet harus mengetahui hal apa saja yang dibutuhkan oleh tubuh saat hendak memulai olahraga. ”Misalnya, untuk mencegah cedera ligamen bagi atlet sepak bola, perlu latihan penguatan otot ekstremitas bawah terutama otot paha dan tungkai bawah. Sedangkan pemain bulu tangkis atau
harus melatih otot bahunya,” sarannya. Kedua, atlet jangan meningkatkan intensitas olahraga secara tiba-tiba. Ketiga, lakukan olahraga sesuai porsi.
Saat mengalami sport injury, tindakan pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah dengan prinsip rest, ice, compression, dan elevation atau yang disebut RICE. Prinsipnya rest adalah mengistirahatkan bagian yang cedera agar tidak menimbulkan cedera yang lebih berat atau cedera di bagian tubuh yang lain. Ice adalah tindakan mengompres bagian yang cedera dengan es yang bertujuan untuk melokalisasi proses inflamasi yang terjadi agar tidak meluas. Lalu, lakukan dengan cara membebat agar tidak memperparah kondisi. Diikuti dengan
memposisikan bagian yang cedera lebih tinggi daripada jantung untuk mengurangi terjadinya edema.
Setelah pertolongan pertama dilakukan, penderita harus mendapatkan penanganan medis oleh dokter ortopedi di RS terdekat. Pada kasus yang tergolong ringan,
yang dilakukan adalah mengurangi pembengkakan pada bagian yang cedera dan proses penyembuhan dapat dilakukan secara konservatif (nonoperasi). Setelah kondisi membaik, diberikan tindakan fisioterapi atau rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi otot dan ligamen yang mengalami cedera. Apabila tidak segera dirawat,
bakal menimbulkan ketidaknyamanan dan keterbatasan gerakan bagi penderitanya. Cedera pada lutut ataupun bahu yang berkepanjangan akan mengganggu proses berjalan dan beraktivitas serta akan makin parah jika tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat. Bahkan bagi para atlet, cedera yang berkepanjangan berpotensi memupuskan harapan meraih medali, bahkan mengubur mata pencaharian.
Dengan kemajuan bidang medis, masalah yang ditimbulkan karena sport injury bisa segera terobati. Misalnya melalui teknik operasi arthroscopy sendi bahu dan lutut, prosedur tersebut merupakan teknik operasi dengan luka sayatan yang minimal. Tindakan
tersebut akan membantu mengembalikan fungsi jaringan yang cedera.
Teknik operasi bisa dilakukan oleh tenaga medis di rumah sakit yang sudah memiliki fasilitas tersebut. Teknik operasi itu banyak diminati karena bukan tindakan bedah terbuka dan hanya meninggalkan bekas luka kecil dalam ukuran milimeter. Dengan begitu, risiko komplikasi seperti kerusakan jaringan dan infeksi dapat sangat diminimalkan. ”Prosedur
ini hanya dengan memasukkan kamera berukuran kecil ke dalam sendi untuk keperluan diagnostik dan terapi,” jelas Teddy. (nad/c11/aan)