Unjuk Bakat Peringati Hari Down Syndrome
SURABAYA – Para penderita down
unjuk gigi bersama-sama di Hotel Shangri-La Surabaya kemarin (21/3). Ada tarian, nyanyian, bahkan pertunjukan drama. Semua itu dilakukan untuk memperingati Hari Down Syndrome (DS) pada 21 Maret.
”Suka, saya suka sekali bernyanyi,” ujar Stevanus, salah seorang penderita DS, yang sesekali naik ke panggung untuk ikut bernyanyi.
Beberapa orang tua pun larut dalam kemeriahan event bertajuk Down Syndrome Day 2016 ”My Friends My Family” itu. Sesekali, air mata juga menetes saat melihat kegembiraan anak-anak mereka. ”Saya bahagia dia bisa ceria seperti itu. Di rumah, dia takut keluar rumah karena selalu diolok-olok anak-anak lain,” ucap Ningsih Aningrum, orang tua pengidap DS, yang hadir di event tersebut.
Keprihatinan Ningsih sebagai orang tua itulah yang mendasari digelarnya event serupa sejak empat tahun lalu. Hari Down Syndrome bisa menjadi wadah bagi orang tua dengan anakanak penderita DS untuk berkumpul dan bergembira. ”Biar tidak merasa sendiri mendapat anugerah Tuhan ini. Biar kuat bahwa anak mereka bukan aib,” ujar Anastya Repi, ketua panitia event Down Syndrome Day 2016
Dalam event tersebut, anak-anak penderita DS juga bisa berkreasi. Mereka boleh menunjukkan bakat terpendam yang mungkin tidak akan pernah diketahui orang tua masing-masing. ”Ini juga bentuk sosialisasi bagi masyarakat agar anak penderita DS tidak dianggap sebelah mata. Mereka bisa hidup layaknya manusia pada umumnya,” bebernya.
Perempuan yang juga ketua POTADS (Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome) itu menjelaskan, perhatian pada anak-anak DS akan terus ditingkatkan. Bentuknya bisa berupa pemberian pelatihan dan pembekalan menuju hidup lebih mandiri. ”Jadi, tidak selesai hura-hura di sini saja. Program-program pelatihan akan disiapkan bekerja sama dengan pemerintah,” terangnya.
Kemarin anak-anak spesial itu juga menjalani pemeriksaan kesehatan. Ada dokter anak, spesialis telinga leher, sampai psikolog. Menurut Ketua Divisi THT Komunitas RSUD dr Soetomo dr Nyilo Purnami SpTHT-KL(K), bagian tubuh yang wajib dicek pada anak DS adalah pendengaran.
Telinga anak DS sangat sensitif. Mereka biasanya menutup telinga saat mendengar suara agak keras. Selain itu, anak-anak tersebut berisiko mengalami gangguan dengar.
Menurut dia, gangguan itu terjadi karena faktor genetis. Anak DS terlahir dengan bentuk tulang kepala yang tidak seperti bayi normal. Struktur tulang kepala di bagian liang telinganya berbeda. Kondisi tersebut mengakibatkan mereka gampang terserang infeksi di radang telinga. ”Kalau pemeriksaan, sering di liang telinga ditemukan kotoran atau serumen,” ucap Nyilo.
Karena itu, telinga anak-anak DS harus sering dibersihkan. Kalau perlu, ada cek pendengaran secara rutin. Jangan hanya sesekali. Sebab, ada orang tua yang menganggap cukup periksa sekali saja. Akibatnya, penumpukan kotoran mengakibatkan penurunan pendengaran dan menimbulkan rasa tidak nyaman pada anak. ”Kalau bisa, periksa ke dokter enam bulan sekali,” ujarnya. (rid/nir/c7/fat)