Prodi Keagamaan Sepi Peminat
Siswa Lebih Tertarik Daftar Jurusan Ekonomi Syariah
SURABAYA – Seleksi masuk perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) masih terus berlangsung. Salah satunya melalui seleksi prestasi akademik nasional (SPAN) PTKIN. Berdasar data per kemarin ( 20/ 3), secara nasional tercatat sudah ada 20.434 pendaftar SPAN PTKIN dari seluruh Indonesia.
Meski begitu, tampaknya masih banyak prodi yang sepi peminat. Ketua Umum SPAN UM PTKIN Prof Abd A’la menyatakan, beberapa prodi keagamaan di PTKIN tidak punya banyak pendaftar. Dia mencontohkan, prodi yang setiap tahun sepi peminat di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) adalah perbandingan madzab. ’’Misalnya, tahun ini dibuka kuota 20. Tetapi, yang mendaftar hanya 17 orang,’’ tuturnya.
Selain itu, prodi keagamaan lain seperti zakat dan wakaf, perbandingan agama, ushuludin, filsafat, tafsir, serta hadis menduduki posisi terendah dibandingkan dengan prodi umum yang tersedia di PTKIN. Berdasar data UINSA, tahun ini prodi terendah adalah perbandingan madzab. ’’Biasanya, prodi ini hanya dijadikan pilihan kedua atau cadangan dari prodi lain,’’ ungkap A’la.
Rektor UINSA itu menuturkan, meski peminat beberapa prodi keagamaan minim, pihaknya tetap mempertahankan prodi tersebut. Menurut dia, jurusan seperti perbandingan madzab, tafsir, dan hadis memiliki relevansi dalam kehidupan masyarakat saat ini. ’’Ilmu-ilmu itu harus tetap ada. Karena sangat potensial dalam menyelesaikan kemelut di masyarakat sekarang,’’ jelasnya.
Selain itu, prodi keagamaan, lanjut A’la, penting untuk menghasilkan pemuka agama di masyarakat. ’’Semakin bermunculannya ajaran menyimpang, ilmu ini semakin diperlukan,’’ ucapnya. Dia menjelaskan, selain secara keilmuan, UINSA membekali mahasiswanya dengan praktik menghadapi masyarakat majemuk.
A’la menuturkan, untuk menjaring lebih banyak peminat di bidang prodi keagamaan, perlu upaya inovatif. Misalnya, memberikan beasiswa di bidang-bidang sepi peminat tersebut. ’’Rencananya memang tahun depan diberikan beasiswa untuk prodi-prodi khusus keagamaan. Seperti hadis dan tafsir atau perbandingan madzab,’’ ungkapnya.
Beasiswa tersebut tentu memiliki kualifikasi khusus. A’la menjelaskan, kualifikasi tersebut meliputi minimal bisa menghafal Alquran dan alhadis, memiliki kemampuan bahasa Arab, dan beberapa prestasi yang dapat menunjang hal tersebut. ’’Tetapi, tidak selalu harus lulusan pondok pesantren. Yang penting memenuhi salah satunya,’’ jelasnya. Dia berharap tahun mendatang peminat jurusan khusus keagamaan meningkat. ’’Agar menelurkan pemuka agama yang benarbenar paham ilmu agama,’’ paparnya.
Sementara itu, Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Surabaya Denny Mahmud Fauzi mengungkapkan, kini 137 siswanya mengikuti SPAN PTKIN. Denny menyatakan, beberapa siswanya memilih PTKIN sebagai pendidikan lanjutan mereka. ’’Memang banyak yang ke PTKIN. Mereka ada yang di UINSA maupun UIN Malang,’’ katanya.
Dari jumlah tersebut, Denny mengatakan, seluruh siswa di jurusan agama memilih melanjutkan ke prodi keagamaan di PTKIN. ’’Mayoritas berminat di ekonomi syariah maupun tarbiyah,’’ ucapnya. Dia menjelaskan, jurusan seperti tafsir dan hadis memiliki peminat yang sedikit. ’’Memang kebanyakan memilih prodi agama yang sudah banyak peminat seperti ekonomi syariah karena dianggap prospek kerjanya bagus,’’ tuturnya. Meski begitu, kata Denny, prodi keagamaan tersebut tetap harus diadakan. (ara/c15/end)