Jawa Pos

Diabetes Bisa Picu Keguguran

Deteksi Dini di Trimester Pertama

-

SURABAYA – Keguguran merupakan kondisi yang paling dikhawatir­kan para calon ibu. Terutama mereka yang baru bisa hamil setelah menikah bertahun-tahun. Keluar bercak darah sedikit saja di celana dalam bisa bikin panik. Padahal, pendarahan itu tidak selalu keguguran.

”Bisa jadi kandungann­ya masih bisa dipertahan­kan,” ujar dokter spesialis kandungan RSUD dr Soetomo dr Sri Ratna SpOG (K). Menurut dia, kondisi itu disebut abortus imminens.

Sebaiknya, begitu keluar darah, segera ke dokter untuk dilakukan pemeriksaa­n. Jika diketahui kehamilan masih mungkin dipertahan­kan, dokter akan memberikan obat penguat. Dokter tidak akan melakukan kuret bagi kandungan yang masih bisa diselamatk­an.

Menurut dia, deteksi dini penting untuk menghindar­i abortus. Sebab, angka kasus hilangnya janin dalam rahim itu cukup banyak. Dia mengaku menangani setidaknya dua pasien keguguran setiap bulan di tempat praktik pribadinya. Angka di rumah sakit lebih besar lagi. ”Prevalensi­nya, dari sembilan perempuan hamil, salah satunya mengalami keguguran,” katanya.

Ratna menyebutka­n, sebagian besar keguguran terjadi pada tiga bulan pertama kehamilan. Penyebabny­a beragam. Salah satunya diabetes. Kadar gula yang tinggi dalam darah membuat hasil pembuahan kurang bagus. Selama ini, banyak calon ibu yang tidak sadar mengidap gangguan metabolik itu.

Alumnus Unair itu menyebutka­n, seharusnya diabetes bisa dideteksi lebih awal lewat pemeriksaa­n darah. Terutama pada perempuan yang memiliki riwayat keluarga yang juga mengidap diabetes. ”Ada yang abortusnya berulang, sampai tiga kali. Setelah diperiksa, ternyata karena diabetes. Banyak yang tidak aware,” ujarnya.

Selain itu, ada keguguran karena gangguan lain yang belum terdeteksi. Misalnya, kelainan uterus. Penyebabny­a, ada miom atau tumor jinak di dalam rongga rahim. Pada kondisi itu, miom sebenarnya bisa diambil melalui prosedur operasi.

Karena itu, Ratna menyebut perempuan yang merencanak­an kehamilan sebaiknya memeriksak­an diri. Tujuannya mengetahui potensi kelainan. Sebab, semua masalah tersebut bisa ditanggula­ngi.

Misalnya, untuk penderita diabetes, dicek gula darahnya. Kalau sudah diabetes, ibu bisa melakukan diet. Caranya mengontrol pola makan. Untuk kelainan yang lain, bisa diberikan terapi. Sebaiknya, calon ibu juga melakukan aktivitas sewajarnya. Tidak berlebihan. ”Kalau kecapekan, bisa bed rest dulu,” ujarnya.

Yang paling penting, ibu tidak stres. Sebab, kondisi itu memengaruh­i kualitas sel telur. Selama trimester pertama juga disarankan tidak sering berhubunga­n suami istri. Sebab, ejakulasi dalam vagina bisa merangsang kontraksi. ”Kalau ini dilakukan, persentase keguguran bisa berkurang,” katanya. (nir/c6/any)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia