Jawa Pos

Cinta pada Bau Kecut Pertama

-

PRIA itu tak sabar membuka paket yang dibungkus tas plastik tersebut. Diambilnya potongan baju yang ada di dalamnya dan langsung diciumnya. ”Ah, ini terlalu wangi. Pasti habis di- laundry,” katanya.

Jesse Donaldson langsung membuka bungkusan kedua. Lagi, diciumnya carikan baju di dalamnya. Tapi, bau yang menyengat membuatnya buruburu membungkus lagi potongan pakaian itu

Baru di bungkusan ketiga dia menemukan apa yang dia cari. ”Oh, ini baru jodoh saya,” kata pria New York berusia 25 tahun tersebut seperti dilansir Reuters kemarin WIB (25/3).

Donaldson memang salah seorang klien Smell Dating. Tak seperti umumnya biro jodoh, Smell Dating memakcombl­angi klien mereka berdasar bau badan. ”Ini sebenarnya proyek seni. Ide dasarnya dari pheromones, sinyal kimia yang dimiliki binatang tertentu yang biasa dikirim ke gebetan mereka,” kata Tega Brain, salah seorang pendiri Smell Dating bersama Sam Lavigne.

Modus operandi Smell Dating, klien yang sudah mendaftar akan dikirimi T-shirt. T-shirt itu wajib dipakai tiga hari beruntun tanpa dicuci. Sesudah- nya, baju dengan bau kecut tersebut dikirim balik ke Smell Dating.

Oleh Smell Dating, baju kiriman semua klien lantas dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Sebanyak 10 potong baju dari 10 klien yang lain lantas dibungkus dalam satu paket. Semua klien yang tentu tidak saling mengenal mendapat paketan itu.

Kalau sudah menemukan bau yang pas seperti Donaldson tadi, proses tidak berarti selesai. Dua klien baru akan dipertemuk­an jika sama-sama menyukai bau masing-masing.

Sungguh ikhtiar yang tak mudah untuk menemukan cinta. Donaldson masih beruntung langsung klik pada bau ketiga. Bayangkan kalau dalam satu paketan tak ada bau yang cocok. Bayangkan kalau isi paketan adalah baju yang sudah dipakai tiga hari beruntun oleh pemakai yang sudah seminggu beruntun tidak mandi… (c9/ttg)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia