Jawa Pos

Pesawat yang Mendarat Darurat Sudah Bisa Terbang

-

ALABIO itu itik, mebel, situs sejarah, agamis, dan naluri dagang warga yang melegenda. Daerah penghasil itik alabio tersebut berada sekitar tujuh kilometer dari kota induk Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalimantan Selatan.

Mayoritas penduduk kecamatan itu adalah pedagang, mengalahka­n profesi yang lain. Ternyata, naluri dagang tersebut muncul saat Partai Masyumi yang pernah eksis dalam perjalanan demokrasi bangsa Indonesia di daerah Alabio pada 1955 hingga 1965.

Partai Islam tersebut memiliki badan usaha yang saat itu menyediaka­n kebutuhan seharihari, baik sembako maupun kelengkapa­n pribadi. Misalnya, pasta gigi.

Kondisi Alabio yang merupakan daerah berat karena sebagian besar rawa dan sungai memaksa warga Alabio saat itu harus pintarpint­ar mencari peluang usaha yang menjanjika­n. Berdagang merupakan hal yang paling diminati warga pada waktu itu.

Tokoh masyarakat Alabio Ahdiat Gazali Rahman menerangka­n seputar naluri dagang orang Alabio yang dikenal hebat. Menurut dia, naluri tersebut muncul karena hadirnya Gudang Hirang atau Gudang Hitam milik Partai Masyumi yang dinamai warga kala itu Gudang Hirang Bermasyumi.

’’Dulu masyarakat di sini (Alabio) hanya bertani musiman saat air surut. Maklum, daerah ini dikeliling­i rawa. Bila tidak bertanam, mereka menjadi nelayan. Begitu mata pencaharia­n sebenarnya warga Alabio saat itu,’’ kata Ahdiat kepada Radar Banjarmasi­n ( Jawa Pos Group) Kamis (24/3).

Hasilnya tidak terlalu membantu ekonomi waktu itu. Tetapi, nilai agamis dan sikap amanah yang dimiliki warga Alabio membuat warga beralih profesi menjadi penjual kecil- kecilan sembako yang meminta modal ke Bermasyumi.

’’Karena lurus (amanah), Bermasyumi waktu itu mau memberikan barang (sembako) dan alat kebersihan tubuh, misalkan pasta gigi dan sabun mandi, untuk didagangka­n warga Alabio. Dimulai saat itu, orang Alabio dikenal pandai berdagang,’’ kata Ahdiat yang keseharian­nya menjadi kepala SMA ternama di HSU.

Menurut pria berkepala plontos itu, dari Gudang Hirang, aneka barang kebutuhan dijajakan warga Alabio ke beberapa titik di Banua Enam –julukan Kalimantan– saat ini. Sebab, Alabio waktu itu merupakan kota pelabuhan sungai.

Saat barang ludes terjual, warga saat itu kembali ke Gudang Hirang untuk membayar nilai barang yang telah diambil pada badan usaha Bermasyumi. Begitu seterusnya. Hingga akhirnya, Partai Masyumi tidak lagi menjadi bagian dari proses demokrasi kala itu.

’’Jadi, sebenarnya bakat dagang warga Alabio lahir dari sebuah kepercayaa­n badan usaha sebuah partai. Ini menjadi naluri pada generasi muda Alabio hingga saat ini. Bahkan, Alabio dikenal sebagai permukiman pedagang di Kalsel, Kaltim, bahkan sampai Surabaya dan Jakarta,’’ tuturnya.

Sementara itu, di lokasi Gudang Hirang, di kompleks Pasar Alabio, gudang yang memang berwarna hitam itu masih berdiri kukuh melawan zaman. Bangunan tersebut terdiri atas kayu ulin dan seng yang dilapisi cat khusus berwarna hitam.

Karena berwarna gelap (hitam), nama Gudang Hirang tersematka­n pada bangunan itu hingga sekarang.

Saat ini gudang bersejarah tersebut tetap menjadi gudang sebagai mana fungsinya dulu. Hanya, Partai Masyumi yang dahulu menempati gudang tersebut sudah tidak terdengar lagi (al/ram/JPG/c4/diq)

SAMPIT – Pesawat Embraer e-195 Kalstar akhirnya bisa melayani penerbanga­n lagi kemarin (25/3). Sebelumnya, pesawat tersebut mengalami masalah teknis dan mendarat darurat di Pangkalan Bun, Kotawaring­in Barat, Kalimantan Tengah, Rabu lalu (23/3).

’’Alhamdulil­lah, pesawat sudah terbang. Semoga lancar ke depannya,’’ kata Branch Manager Kalstar Aviation Sampit Novallino.

Dia menyatakan tidak tahu persis kerusakan yang dialami pesawat yang membawa Bupati Kotawaring­in Timur Supian Hadi dari Sampit, ibu kota Kotawaring­in Timur, menuju Jakarta itu. Namun, dia memastikan pesawat sudah dalam keadaan aman dan siap melayani penerbanga­n seperti semula.

’’Kami mendapat informasi dari Pangkalan Bun, hanya masalah teknis dan memerlukan suku cadang. Detailnya tidak tahu,’’ ujarnya.

Kondisi serupa pernah dialami pesawat yang sama pada Januari lalu. Pesawat mengalami kerusakan alat pada sayap hingga batal terbang. Saat itu penerbanga­n dari Sampit lumpuh. Pesawat baru bisa beroperasi beberapa hari kemudian. (oes/ign/JPG/c4/diq)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia