Harta dari Perbendaharaan Kewahyuan
Adalah refleksi yang disertai tafsir terhadap kisah para rasul dan rekan kerja mereka. Paus Benediktus XVI menyertainya dengan penjelasan mendalam.
The Apostles
BUKU karya Paus Benediktus XVI ini merupakan kumpulan naskah audiensi umum mingguan. Yakni, periode 15 Maret 2006 hingga 14 Februari 2007. Audiensi umum adalah bagian dari tradisi gereja yang dijiwai Roh Kudus.
Kumpulan naskah audiensi umum yang paling terkenal pada beberapa dekade terakhir ini adalah Teologi Tubuh dari Santo Yohanes Paulus II. Meskipun tidak seterkenal Teologi Tubuh, keutamaan naskah The Apostles dari Paus Benediktus XVI tidak bisa diabaikan. Yakni, sebagai sebuah penegasan dan usaha ”pengeluaran harta yang lama dari perbendaharaan perwahyuan” atas salah satu sifat gereja, yakni apostolik.
Paus Benediktus XVI melanjutkan tradisi yang dimulai Santo Yohanes Paulus II yang menggunakan audiensi umum sebagai waktu memberikan pengajaran tentang seri topik tertentu. Tujuannya, demi pertumbuhan dan perkembangan iman umat Katolik.
Paus Benediktus XVI membuka Apostles dengan sebuah anamnesis. ”Gereja dibangun di atas dasar para rasul sebagai komunitas iman, harap, dan kasih.” Kalimat tersebut adalah kalimat pertama pada bab I yang mengulas hubungan Kristus dengan gereja.
Pernyataan paus itu juga sebuah penegasan terhadap apa yang sudah diakui umat Katolik dan dinyatakan dalam kredo Nicea-Konstantinopel:
Dengan pendekatan hermeneutika dan teologi, menggunakan sumbersumber Alkitab, teks-teks tradisional gereja, hingga kitab-kitab apokrif, Paus Benediktus XVI berusaha memberikan gambaran kepada kita bagaimana ”persekutuan” yang dikenal hingga hari ini sebagai salah satu landasan utama gereja diperjuangkan oleh para rasul serta gereja perdana.
Pada bagian-bagian awal, Paus Benediktus XVI memperkenalkan situasi Kristus dan para rasul. Juga alasanNya mengumpulkan ”Israel yang baru” untuk mewartakan Injil-Nya ke segala penjuru.
Paus Benediktus pun menyoroti secara terus terang relativisme yang mengabaikan gereja dan hanya mengutamakan Kristus. ”Kita tidak dapat mempunyai Yesus tanpa realitas yang Dia ciptakan dan di dalamnya Dia mengomunikasikan diri-Nya (halaman 16).”
Para rasul, sebagai cikal bakal ”Israel yang baru” dan ”Mempelai Kudus Allah” membawa dalam diri mereka karunia persekutuan yang dijiwai Roh Kudus. Para rasul adalah cikal bakal struktur gereja yang kita kenal sekarang ( yang hidup dalam karunia dan bimbingan Roh Kudus.
Demikianlah poin-poin itu, dalam dimensi yang lebih dalam, menunjukkan kepada kita landasan kukuh gereja yang kita kenal hingga hari ini. Juga menampilkan universalitas ganda dari gereja: sinkronis sekaligus diakronis.
Sinkronis karena merupakan persekutuan orang-orang beriman dari berbagai penjuru. Tapi, sekaligus diakronis karena mencakup semua orang beriman sepanjang masa yang diilhami dan ditopang Roh Kudus.
Setelah bab-bab awal yang umum, bab-bab lanjutan The Apostles adalah refleksi yang disertai tafsir terhadap kisah para rasul dan rekan kerja mereka. Rasul-rasul yang mendapat porsi tulisan paling banyak adalah Petrus, Yohanes, dan Paulus.
Dengan mengandalkan penyelidikan biblikal, kita segera mengetahui alasannya. Petrus adalah rasul yang namanya paling banyak disebut dalam Perjanjian Baru. Dengan demikian, jejak-jejak perjalanan imannya dapat diikuti sejak awal mula panggilannya di tepi Danau Galilea.
Laporan-laporan yang dibuat Paus Benediktus XVI berdasar penyelidikanpenyelidikannya tentang para rasul dan rekan kerja mereka dari jemaat perdana, pada bagian-bagian terbaiknya, disertai penjelasan yang mendalam. Juga, berfokus terhadap detail dari narasi Perjanjian Baru tentang topik yang dibicarakan dari rasul tertentu.
Paus Benediktus, misalnya, menjelaskan penafsirannya tentang permainan kata agapao dan phileo, dua kata kerja Yunani yang digunakan penginjil Yohanes untuk melaporkan pembicaraan antara Yesus dan Petrus di pantai Danau Tiberias. Phileo adalah pengertian untuk kasih persahabatan yang terbatas, sedangkan agapao ditujukan bagi kasih yang total dan tanpa syarat.
Kedalaman penjelasan bahkan kita temukan dalam tulisan beliau tentang Yudas Iskariot, rasul yang dianggap mengkhianati Yesus. Setelah melakukan sejumlah penyelidikan biblis, beliau sampai pada kesimpulan bahwa pengkhianatan Yudas adalah misteri. Sebab, bagaimanapun, dia adalah salah satu sahabat Kristus.
Porsi lebih pada penyelidikan biblikal dalam tulisan-tulisan The Apostles bukannya sebuah usaha tanpa hambatan. Sebab, pada sejumlah nama yang memiliki porsi kehadiran yang sedikit dalam narasi Perjanjian Baru, misalnya Rasul Matias, penafsiran dan komentar Paus Benediktus tidak dapat diberikan secara panjang lebar.
Sebagai seri pengajaran, tulisan-tulisan tentang para rasul dan sahabatsahabat mereka dari gereja perdana dalam The Apostles pada bagian-bagian tertentu, secara lembut maupun keras, disisipi konfrontasi terhadap seruan yang berusaha menjauhkan pemahaman umat kristiani dari jiwa gereja. (*) Penyair, bergiat di Komunitas Sastra Dusun Flobamora, Kupang