Jawa Pos

Jadi Cucu Presiden Bikin Teman Segan

-

Jumat lalu (25/3) Jawa Pos berbincang dengannya di lobi hotel di kawasan Kuningan, Jakarta Pusat. Dia yang kala itu mengenakan kaus berwarna ungu ditemani sang papa, Ilham Akbar Habibie.

Tifani merupakan putri bungsu Ilham dan sang istri, Insana Ilham Habibie. Saat ini dia mengambil kelas internasio­nal di Yayasan Pendidikan Al Azhar di Jakarta Selatan. ’’Biasanya temen-temen panggil aku Tifi atau Tif doang,’’ ujarnya mengawali pembicaraa­n.

Pergaulan Tifani di sekolah cukup luwes. Tidak heran, dia dipercaya menjadi sumber informasi bagi kawan-kawannya apabila pihak sekolah mengumumka­n tugas-tugas di kelas. Atau apabila esok akan ada ujian. Padahal, dia bukanlah ketua kelas.

Di luar kegiatan akademis, dia aktif di organisasi sekolah, yakni video conference dan Pramuka. ’’Aku mau ikut Australian Homestay dua pekan,’’ tutur gadis kelahiran 18 Oktober 2001 itu. Rencananya dia berangkat besok (28/3) untuk tinggal bersama keluarga baru di Australia. Program tersebut mengajarka­n cara beradaptas­i dan tinggal di negara asing.

Sebagai remaja, kegiatan Tifani cukup banyak. Sejak TK dia dikenalkan piano oleh Ilham. Semasa kecil, dia berlatih di Bandung. Namun, saat ini dia berlatih di Jakarta. Dia baru saja mengambil ujian kenaikan tingkat di sebuah sekolah musik di Jakarta. Dia pu- nya satu lagu favorit yang sering dimainkan. ’’ Marmotte, pengarangn­ya Beethoven,’’ tuturnya.

Tifani juga menyukai tari Bali. Dia mahir menarikan pendet dan danurdara serta bergabung dengan grup Saraswati di Taman Ismail Marzuki. Namun, saat ini dia sudah tidak lagi aktif karena banyaknya kegiatan. Meski demikian, dia sempat beberapa kali pentas.

Saat akhir pekan, barulah dia menghabisk­an waktu bersama keluarga. Kadang Tifani sekeluarga pergi ke Bandung untuk berwisata kuliner atau mencari halhal yang baru. ’’Kadang main tenis bersama papa, cuma lapanganny­a terpisah karena aku masih beginner,’’ ujar penyuka film anime itu sambil tersipu.

Satu hal yang tidak boleh terlewat saat bersama keluarga adalah memasak. Kebetulan, Ilham memang jago memasak. Tifani suka ikut memasak. Bungsu di antara tiga bersaudara itu hanya tersipu saat ditanya masakan apa yang bisa dia buat. ’’Martabak mi,’’ ucapnya, lalu terkikik.

Saat ditanya ingin jadi apa di masa depan, Tifani mengaku belum menentukan. Dia merasa bidangnya adalah ilmu sosial meski sebenarnya menyukai sains, khususnya biologi. ’’Pengin, mungkin mengikuti jejak eyang putri (Hasri Ainun Habibie, Red), pediatri,’’ ucapnya.

Tifani menuturkan, Eyang Habibie sangat suka bila cucu-cucunya berkumpul. Selalu ada cerita yang disampaika­n Habibie kepada cucu-cucunya. Terutama, nasihat-nasihat sang ayah, yang juga kakek buyut Tifani, tentang bagaimana menjalani hidup.

Ada satu nasihat Habibie yang paling diingat Tifani. ’’Tifani, kalau gede, nanti seperti eyang kakung dan eyang putri, ya. Dapatkan suami kayak eyang kakung, yang setia mencintaim­u, dan menjadi mata air bagi sesama atau menjadi orang yang bermanfaat bagi seluruh orang di sekitarnya,’’ tutur Tifani menirukan Habibie.

Tifani punya pesan kuat bagi generasi muda Indonesia. Dia mengingatk­an, saat ini banyak budaya menyimpang yang arusnya bisa membahayak­an generasi muda. Anak-anak muda sangat rentan mendapat pengaruh buruk. ’’Kita harus selektif terhadap kebudayaan­kebudayaan, harus tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Istilahnya, mumayiz,’’ terangnya.

Menjadi cucu presiden, diakui Tifani, memang membuat sebagian temannya segan. ’’ Tapi, banyak juga yang melihat aku apa adanya, sebagai Tifani,’’ ucapnya. Meski begitu, terkadang ada baiknya juga. Kawan-kawannya yang biasa usil, ketika yang dihadapi adalah Tifani, mereka tidak akan usil berlebihan.

Tifani tidak pernah merasa terbebani dengan nama Habibie. Dia malah merasa bangga menjadi bagian darah dari Habibie. Dia juga merasa termotivas­i untuk mengharumk­an nama Habibie. Menjadi seperti Habibie dan Ilham yang bisa memberikan sumbangsih bagi bangsa. (byu/c10/sof)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia