Jawa Pos

Tangani Rio sejak Usia 16 Tahun

-

Di situlah awal Dennis melihat bakat Rio.

Waktu itu Rio menempati urutan pertama di prefinal. Namun, dia hanya finis di posisi keempat di final karena sempat mengalami tabrakan. ’’ Itu capaian yang bagus bagi seorang pembalap Asia yang pernah saya lihat, dan tentu itu tak akan saya lihat setiap hari,’’ ujarnya.

Pertemuan dengan Rio pun berlanjut. Dennis yang sudah dikenal sebagai pelatih bagi pembalap gokar dan Formula itu diundang ayah Rio, Sinyo Haryanto. Dia diminta menyaksika­n performa Rio saat melakoni tes Formula BMW Pacific di Sepang pada April 2009. Di ajang tersebut, Rio kembali membuat kejutan. ’’Waktu tes dia mampu memecahkan rekor di sana. Dari situ saya yakin anak itu punya potensi yang luar biasa,’’ paparnya.

Sejak pertemuan di Sepang tersebut, Dennis total menangani Rio. Dia tahu betul impian semua pembalap adalah berlomba di ajang Formula 1. Namun, untuk mencapainy­a, dibutuhkan perjuangan ekstra. ’’Ma- kanya, sebelum kami memulai latihan, saya bertanya tiga kali ke Rio. Rio, apakah kamu benar ingin membalap di Formula 1. Rio pun menjawab dengan yakin. Sejak itu, latihan yang lebih berat dimulai,’’ jelasnya.

Dennis menegaskan, bertarung di Formula 1 bukanlah hal sederhana. Pembalap dituntut berkonsent­rasi penuh saat memacu mobil dengan kecepatan tinggi. Dan, saat itu tekanan juga muncul dari kompetitor. ’’Belum lagi pembalap harus mendengark­an instruksi dari engineerny­a sepanjang balapan dengan total jarak rata-rata 300 km. Di situlah peran pelatih sangat penting bagi seorang pembalap profesiona­l,’’ ujarnya.

Rio baru berusia 16 tahun saat kali pertama ditangani Dennis. Tentu, tak mudah bagi Dennis untuk menerapkan latihan yang ekstrabera­t bagi pembalap yang masih belia. Sebab, setiap hari Rio harus menjalani latihan fisik berupa lari 5 kilometer, berenang, dan aktivitas lain di gym. Itu dilakukan dua jam sebelum berangkat sekolah dan sepulang sekolah. Aktivitas tersebut berjalan terus mulai Senin hingga Jumat. ’’Namun, tak ada keluhan dari Rio. Meski saya tahu dia merasa lelah, tak sedikit pun dia mengungkap­kannya kepada saya,’’ papar Dennis bangga.

Dari situ, Dennis menyimpulk­an bahwa Rio adalah sosok pekerja keras dan pantang menyerah. Itu membuat Dennis tak sulit mengarahka­n Rio. Apalagi, orang tuanya memberikan kebebasan untuk menangani Rio. ’’Saya tak punya waktu untuk berlemah lembut kepada Rio agar tetap sabar dan terus bertahan. Rio pun mengerti hal itu. Di situlah saya merasa ada kecocokan dengannya,’’ tuturnya.

Menurut Dennis, Rio adalah pembalap yang istimewa. Sebab, dia tumbuh di dua kultur yang berbeda. Dari hasil interaksi sehari-hari dengan dirinya, Rio mengenal kultur Eropa yang tanpa basa-basi jika sudah memulai pekerjaan. ’’Di sisi lain, Rio tidak bisa lepas dari kultur Asia yang membuat dirinya selalu ramah dan mengapresi­asi pengorbana­n orangorang di sekitarnya,’’ jelasnya.

Proses panjang Rio bersama Dennis pun membuahkan hasil. Pada 2010, Rio menempati posisi kelima pada akhir musim GP3. Selepas itu, Dennis dan Rio sempat berpisah selama dua tahun. Keduanya kembali dipertemuk­an pada 2012 saat Rio naik ke level GP2. Lewat sentuhan Dennis, Rio menutup musim balapan pada 2015 dengan bertengger di posisi keempat.

Kini, Rio melanjutka­n karirnya ke jenjang yang lebih tinggi, lebih prestisius. Dia membalap di Formula 1 bersama tim Manor Mercedes. Dennis pun ikut bangga atas pencapaian tersebut. ’’ Harus saya akui, ini seperti mimpi. Jika kamu melakukan sesuatu dari awal dan akhirnya terwujud, itu merupakan hal yang luar biasa,’’ lanjut Dennis yang bakal menemani Rio di setiap seri balapan Formula 1 tahun ini.

Sebenarnya bukan hanya Rio pembalap profesiona­l Indonesia yang dia tangani. Namun, Dennis enggan membeberka­n nama-nama pembalap tersebut. ’’Saya cukup menjadi orang di belakang layar saja. Biarlah Rio dan para pembalap saya berdiri di panggung masingmasi­ng,’’ ujarnya. (c17/bas)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia