Harus Jalan meski Nebeng Pinjam Komputer
Tekad Total Menyelenggarakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) menyelenggarakan simulasi UNBK tahap akhir mulai Senin (21/3). Dengan begitu, sekolah harus sudah siap dengan kebutuhan sarana dan prasarana (sarpr
Sekolah
PROBLEM utama penyelenggaraan UNBK memang ketersediaan komputer dan jaringan. Sebab, tidak semua sekolah penyelenggara ujian itu memiliki komputer sesuai syarat yang sudah ditetapkan. Meski demikian, Surabaya sudah kadung bertekad melaksanakan UNBK total. Sekolah pun berusaha menyediakan fasilitas itu dengan segala cara
Bahasa Indonesia
Matematika
Bahasa Inggris
Ujian teori kejuruan
Misalnya, yang terlihat di SMAN 2. Kepala SMAN 2 Kasnoko menerangkan, terdapat 377 siswa dalam daftar nominasi tetap (DNT) yang mengikuti UNBK. Dengan begitu, jumlah komputer yang dibutuhkan minimal 186 unit. ”Jumlah tersebut sudah masuk dalam cadangan sebanyak 10 persen dari yang dibutuhkan,” tuturnya.
Ada empat ruangan yang disediakan sebagai ruang ujian. Sekolah juga menyiapkan 5 server yang dibutuhkan. Yakni, terdiri atas 4 server utama dan 1 cadangan.
Dia menjelaskan, pihak sekolah sebenarnya sudah memiliki 100 komputer. Kebutuhan sisanya ditutup dengan meminjam laptop kepada wali murid sebanyak 100 unit. ”Kami memang sengaja lebihkan komputer untuk cadangan. Tidak semua laptop juga memenuhi kualifikasi,” ujarnya.
Sebelum laptop yang dipinjam digunakan, kualitasnya telah diseleksi oleh sekolah. ”Laptop itu berada di sekolah sejak simulasi tahap pertama. Semua melalui persetujuan wali murid, tidak ada paksaan,” ucapnya.
Sebelumnya, pihak sekolah sudah memberikan sosialisasi kepada siswa maupun wali murid. Setiap kelas diminta mendapat pinjaman laptop minimal 10 unit. ”Mereka dapat rundingan siapa saja yang mau meminjamkan laptopnya,” katanya.
Cara berbeda dilakukan SMAN 5. Mereka memilih meminjam ke sekolah terdekat untuk memenuhi kebutuhan sarpras. Kepala SMAN 5 Sri Widiati menyatakan, sekolah membutuhkan 120 komputer dalam pelaksanaan UNBK tahun ini untuk menampung 341 siswa kelas XII.
Menurut dia, memimjam laptop kepada wali murid memiliki risiko tinggi. ”Karena komputernya nanti dibersihkan. Pasti banyak yang keberatan,” ungkapnya.
Pihak sekolah akhirnya meminjam 80 komputer ke sekolah lain dan instansi terdekat. Tujuannya, melengkapi 60 komputer milik sekolah. Memang, SMA maupun SMK, terutama negeri, terbilang mampu menyediakan sarpras yang dibutuhkan UNBK. Namun, banyak sekolah swasta yang ngoyo menyediakan sarpras UNBK. Salah satunya, yang dialami SMK Siti Aminah.
Sekolah di Jalan Gunung Sari Indah tersebut memiliki 26 siswa kelas XII. ”Mereka merupakan angkatan pertama kelas XII dan menjadi lulusan pertama juga tahun ini,” tutur Kepala SMK Siti Aminah Achmad Basori.
Karena baru akan meluluskan siswa pada tahun ini, SMK Siti Aminah belum terakreditasi. Karena itu, mereka harus nebeng administrasi pelaksanaan UNBK di sekolah lain, yakni SMKN 1.
Selain administrasi, awalnya, 26 siswa kelas XII Siti Aminah akan nebeng sarpras di SMKN 1. Di dua simulasi UNBK yang telah dilakukan, mereka juga mengikuti di SMKN 1. Namun, Basori memastikan sekolah tetap berupaya menyediakan sarpras yang dibutuhkan. ”Kami ngebut memenuhi kebutuhan komputer ini dalam dua minggu terakhir,” ucapnya.
Pihak sekolah telah mengumpulkan 40 komputer dan 2 sever untuk siswa kelas XII. ”Jumlah itu seharusnya sudah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan sendiri,” jelasnya.
Sebelumnya, pihak sekolah hanya memiliki 25 komputer. Sisanya, Basori mengaku meminjam 15 komputer kepada wali murid. ’’Susah-susah gampang karena kami menyadari sebagian besar siswa di sini dari kalangan keluarga menengah ke bawah. Jadi, tidak banyak juga yang memiliki laptop, apalagi mau meminjamkan,’’ ungkapnya.
Dengan kerja keras semacam itu, SMK Siti Aminah akhirnya dapat menyelenggarakan UNBK mulai Senin (4/4). Setelah mampu menyediakan sarpras, pihak sekolah langsung memberikan laporan kepada Dispendik Surabaya. Mereka mendapatkan persetujuan untuk melaksanakan UNBK mandiri. Nantinya, sarpras tersebut juga bergabung dengan pelaksanaan UNBK di SMP Siti Aminah.
Madrasah Lebih Pelik Persoalan lebih pelik terjadi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Surabaya. MAN menyelenggarakan UNBK secara mandiri. Namun, ketersediaan komputer yang minim membuat madrasah tersebut meminjam laptop para siswa. ”Di MAN hanya tersedia 10 komputer. Rencananya untuk cadangan,” tutur Waka Kurikulum MAN M. Hasan Bisri.
Tercatat, ada 205 siswa kelas XII MAN yang mengikuti UNBK tahun ini. Perinciannya, 107 siswa di kelas IPA, 59 siswa di kelas IPS, dan 39 siswa di kelas agama. Seluruh siswa tersebut akan dibagi menjadi tiga sesi. ”Jadi, pelaksanaannya dari pagi sampai sore,” ujarnya.
Hasan menuturkan, untuk memenuhi target penyediaan komputer, setiap kelas meminjam minimal 14 laptop siswa. Total, ada enam kelas dari siswa kelas XII. ”Karena itu, setidaknya akan terkumpul sekitar 80 laptop,” ungkapnya.
Terdapat tiga kelas yang disediakan untuk UNBK. Yakni, 2 kelas utama yang berisi full laptop para siswa dan 1 kelas cadangan untuk komputer cadangan. ”Memang kami belum memiliki laboratorium komputer, jadi harus bongkar pasang kelas,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah MA Ittaqu Ahmad Luthfi Fuad menyampaikan bahwa pihaknya memilih nebeng ke sekolah lain karena terkendala sarpras. ”Kami menggabung ke MA Amanatul Ummah karena belum cukup memiliki sarpras,” terangnya.
Luthfi mengungkapkan, sekolahnya hanya memiliki empat komputer. Itu pun belum dilengkapi ser ver. ”Alhamdulillah pihak sekolah tempat kami bergabung meminjamkan dua servernya untuk kami gunakan,” ucapnya.
Luthfi menjelaskan, tahun ini ada 15 siswa kelas XII yang ikut UNBK. Semuanya menggunakan laptop. Dari 15 siswa itu, hingga batas waktu ditentukan, mereka belum memiliki laptop. ”Kami maklum karena mayoritas siswa dari kalangan menengah ke bawah,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Kejuruan Dispendik Surabaya Sudarminto mengakui, masih banyak kendala dalam geladi bersih UNBK. Antara lain, logout mendadak sampai server utama rusak. Namun, Sudarminto berharap siswa tidak memikirkan hal tersebut lebih lanjut. Apalagi sampai memberikan pengaruh terhadap belajar siswa. ”Kendalakendala itu sudah menjadi urusan sekolah. Urusan siswa hanya belajar dengan baik,” ujar mantan kepala SMAN 8 tersebut.
Menurut pengamatannya, sejauh ini kendala-kendala dalam simulasi UNBK masih dapat diatasi. Satu proctor dengan proctor lainnya saling membantu. ”Kalau ada masalah apa, langsung diselesaikan,” jelas laki-laki 53 tahun tersebut. Apalagi, Puspendik telah menyediakan posko tersendiri khusus melayani pelaksanaan UNBK di Surabaya.
Berdasar data Dispendik Surabaya per Sabtu (26/3), masih ada 8 SMA/ SMK/MA yang nebeng sarpras UNBK di sekolah lain. Perinciannya, 3 SMK, 2 MA, dan 3 SMA. Mereka nebeng sarpras di sekolah terdekat karena tidak mampu menyediakan secara mandiri.
”Kalau SMA dan MA sudah pasti gabung ke sekolah lain. Kalau SMK ini masih memiliki kemungkinan untuk melaksanakan sendiri,” ungkap Sudarminto.
Setelah melaksanakan geladi bersih UNBK, jadwal sekolah selanjutnya adalah sinkronisasi final. Proses itu dilaksanakan mulai Kamis (31/3) sampai Sabtu (2/4). Setiap sekolah harus melakukan sinkronisasi server lokal sekolah ke server pusat.
”Sinkronisasi ini ibarat menyiapkan wadah yang tepat untuk UNBK nanti. Pas 4 April, wadah itu sudah diisi sesuai dengan soal UNBK,” terangnya. Sekolah akan mengunduh soal UNBK setiap hari pelaksanaan UNBK mulai Senin (4/4).