Jawa Pos

Target Selesai sebelum Juli

Pembanguna­n FR di Depan Mapolda Jatim

-

SURABAYA – Pengerjaan frontage

sisi barat Jalan Ahmad Yani ditargetka­n bisa selesai sebelum Juli. Target itu berkaitan dengan kedatangan ribuan tamu dari mancanegar­a yang mengikuti prakonfere­nsi UN Habitat. Konferensi yang diikuti 193 negara tersebut berlangsun­g pada akhir Juli.

Pengerjaan FR sisi barat Jalan Ahmad Yani itu dilakukan setelah ada pemenang lelang. PT Rudy Jaya yang berlamat di Jalan Gajah Mada, Kecamatan Tarik, Sidoarjo, bakal menggarap proyek senilai Rp 29,2 miliar tersebut.

Ruas yang akan dikerjakan adalah persil-persil di bawah naungan Polda Jatim. Bila diurut dari selatan, proyek itu meliputi lahan di depan

Erna Purnawati,

kepala DPUBMP RS Bhayangkar­a, Mapolda Jatim, Universita­s Bhayangkar­a, Sekolah Kemala Bhayangkar­i, dan eks Asrama Polisi Ketintang

Hasil lomba tersebut sering dijadikan tolok ukur Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI).

”Pertama ikut lomba itu Piala KONI di Kenjeran. Nggak kebayang menang. Waktu start, gemeteran kabeh sikilku,” ujar Hendra, lantas tertawa.

Kali pertama mengikuti lomba balap sepeda, Hendra memang nervous. Persiapann­ya sangat minim. Dua hari menjelang lomba, baru latihan intensif. Sepeda yang dipakai pun tidak baru. Malah bekas. Sepeda itu juga berat. ” Nontok arek-arek sepedane enteng-enteng,” katanya.

Begitu bisa memenangi lomba, remaja yang kala itu baru berusia 12 tahun tersebut terkaget-kaget. ”Disuruh munggah podium, lapo nggak paham. Angger munggah ae,” imbuhnya. Pemuda kelahiran 17 Februari 2001 tersebut berharap prestasi yang diraihnya menjadi bukti bahwa anak-anak binaan juga bisa berhasil.

Hendra dulu adalah anak jalanan. Dia mengamen di Terminal Purabaya sejak usia enam tahun. Ayah dan ibunya telah bercerai. Karena itu, dia tidak ingin menyusahka­n orang tua. ”Usaha urip dewe. Terpaksa ngedol sepeda onthel digawe mlaku nang Mbungur. Mulai ikut orang sampai ngamen dewe,” ujarnya.

Awalnya orang tua Hendra tidak tahu bahwa bocah yang saat itu duduk di kelas I SD tersebut ngamen. Ketika sibuk ngamen, dia sering pulang subuh. Kepada keluarga, dia selalu bercerita keluar bermain dengan teman. Itu berlanjut sampai usia 11 tahun. Sekolahnya terputus sejak kelas II SD.

Setelah menghuni Kanri, Hendra mengaku siap berubah. Dia ingin menjadi pembalap profesiona­l dan melatih anak-anak binaan lain. ”Biar bisa maju,” ucapnya.

Saat ini dia terus berlatih dengan tim Custom Cycling Club (CCC) Surabaya. Hendra menargetka­n tiga tahun lagi harus bisa juara Piala Porprov. Minimal dapat perak atau perunggu. Target lain adalah membanggak­an nama Surabaya di PON remaja dan SEA Games. Yang tertinggi, impiannya adalah menjadi pembalap Indonesia pertama di Olimpiade.

Pembalap cilik lain dari Kanri adalah Luhur. Anak berusia 14 tahun itu masuk pembinaan sejak 24 Oktober 2013. Dia mengaku masih ingat betul saat-saat pertama menginjakk­an kaki di kantor UPTD dinsos tersebut. ”Saat itu saya diajak ketua RW,” ujar remaja asal Dukuh Pakis.

Luhur kala itu adalah anak telantar. Dia juga malas sekolah. Semangat belajarnya turun sejak sang ayah terjerat kasus hukum dan menghuni lapas. Luhur sempat dibohongi bahwa Kanri adalah tempat yang bagus untuk berlatih bola. Ketika itu, anak kelahiran 10 Februari 2002 tersebut memang suka sepak bola. ”Sampai sini tak goleki endi lapangane. Kok gak ketok,” ujarnya.

Awal masuk Kanri, Luhur sakitsakit­an. Dia sempat panas. Akhirnya dia menemukan kegemaran pada balap sepeda. Semula Luhur cuma ikut-ikutan. Pertama berlatih, kakinya masih gemetaran. Dia butuh waktu empat bulan sampai kuat bersepeda jarak jauh.

Dia berharap, lewat jalur prestasi di bidang olahraga, dirinya bisa meneruskan sekolahnya yang terputus di kelas II SMP. Luhur bakal menempuh kejar paket dan melanjutka­n SMA sampai kuliah. Dia ingin mengikuti jejak seniornya di Kanri.

Pada ajang lomba pertama, dia menjadi juara I Piala KONI 2014 untuk kategori BMX. Luhur pembalap tipe climber. ”Senang dan bangga. Harus berusaha berprestas­i lagi,” ucapnya.

Luhur mengaku setiap hari selalu berlatih bersama Hendra pada pukul 06.00–08.00. Jarak tempuh minimal 50 km. Lokasinya sering di kawasan Laguna dan Puri Galaxy. Intensitas latihan meningkat setiap akhir pekan. Jarak minimal 100 km. Tujuannya Porong, Tretes, dan Pandaan.

Sadar harus tetap fit untuk balapan, mereka juga menjaga kondisi tubuh. Misalnya, tidur tidak boleh kemalaman. Maksimal pukul 20.00. Namun, selama ini mereka tidur sekamar dengan belasan anak lain. Maklum, hanya dua kamar yang tersedia untuk 40-an anak. Ada rencana penambahan kamar baru. Namun, masih tahap pembanguna­n. ”Anak-anak kecil sering ramai, tapi tetap harus disiplin,” ujar Luhur.

Selama ini pembalap binaan Kanri masih penuh keterbatas­an. Misalnya, seragam yang dipakai. Mulai pelindung kepala, kaca mata, hingga sepatu. Semua berasal dari sumbangan. Ada yang dari Ketua DPRD

(bri/ara/elo/c20/fat) Surabaya Armuji. Tidak ketinggala­n, tiga sepeda balap dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharin­i. Sepeda itu baru datang enam bulan lalu. ”Bersyukur sekarang sudah ada sepeda balap. Dulu waktu belum punya, nggak boleh kecil hati, yang penting bisa tanding,” ucap Luhur.

Keinginan mereka, kalau menang lomba, hadiahnya disimpan untuk membeli sepeda. Sebab, harga sepeda balap memang mahal. Yang biasa sekitar Rp 30–40 juta. Yang bagus bisa ratusan juta rupiah.

Sementara itu, pelatih balap sepeda Kampung Anak Negeri Jumari menyebutka­n, sebenarnya ada satu lagi anak binaan yang berprestas­i. Yakni, M. Ketut Purnomo. Anak berusia 17 tahun tersebut sekarang berada di Solo. Setelah itu, Ketut berlatih di Swiss. Dia sedang bersiap mengikuti perlombaan internasio­nal di Qatar. ”Lombanya Oktober nanti, dari Indonesia ada enam anak,” tuturnya.

Menurut dia, setiap anak di Kanri juga bisa berprestas­i meski latar belakang mereka tidak seperti anak normal lain. Mereka adalah anak jalanan dan telantar. Tujuan pembinaan itu jelas. ”Supaya mentas. Asal dari jalanan tidak balik ke jalanan lagi,” katanya.

Karena itu, mereka dibekali dengan kemampuan. Khusus yang menekuni balap sepeda harus mengikuti pembinaan jangka panjang. Minimal tiga tahun. Mereka dimotivasi agar naik kelas terus. Dari pemula, junior, sampai senior. ”Balap ini ada karena banyak yang berusaha membantu. Makanya, harus direspons dengan berprestas­i,” tegas Jumari. (*/c7/fat)

 ?? GAIH COKRO/JAWA POS ?? road GANTI LAPISAN: Pekerja mengeruk lumpur dengan menggunaka­n backhoe di depan Mapolda Jatim. Lahan itu akan dijadikan frontage road sisi barat Jalan Ahmad Yani.
GAIH COKRO/JAWA POS road GANTI LAPISAN: Pekerja mengeruk lumpur dengan menggunaka­n backhoe di depan Mapolda Jatim. Lahan itu akan dijadikan frontage road sisi barat Jalan Ahmad Yani.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia