Riset Energi Terbarukan Minim Peminat
SURABAYA – Energi terbarukan terus digalakkan pemerintah Indonesia. Pengembangan industri di bidang tersebut salah satunya dapat didukung penelitian dari perguruan tinggi. Namun, penelitian tersebut, tampaknya, masih minim.
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Dr Ir Adi Soeprijanto menyatakan, energi terbarukan menjadi solusi untuk menjaga energi agar tetap efektif dan terus berkelanjutan. Namun, dia mengakui, penelitian di bidang tersebut masih minim. ’’Saat ini yang mengajukan riset di bidang energi terbarukan hanya lima judul,’’ kata Adi.
Setiap penelitian biasanya meneliti energi air, surya, panas bumi, dan energi angin. Dari lima bidang energi tersebut, energi air paling banyak diminati. Menurut Adi, penelitian di bidang energi terbarukan perlu terus ditingkatkan. ’’Apalagi di bidang air dan surya. Sebab, negara kita berlimpah pulau dan kelautan. Juga, melewati garis khatulistiwa. Ini sangat potensial,’’ tuturnya.
Menurut Adi, peran pemerintah dalam mendukung riset di bidang energi terbarukan juga penting. ’’Menentukan kebutuhan dapat menjadi patokan awal mengawali riset tersebut,’’ jelas dosen teknik elektro tersebut.
Untuk memperkuat riset di bidang energi terbarukan, Adi mengatakan, bukan hanya peneliti dari jurusan bersangkutan. Tetapi juga dapat dilakukan secara multidisiplin. ’’Misalnya, meneliti potensi minyak di dasar laut. Bisa membutuhkan ilmu dari kimia, teknik fisika, maupun teknik elektro,’’ papar Adi.
Masih sedikitnya penelitian di bidang energi terbarukan juga disebabkan durasi waktu yang cukup lama. Adi menjelaskan, bisa dibutuhkan lima hingga sepuluh tahun dalam satu riset. ’’Untuk meneliti potensi yang ada saja bisa satu tahun,’’ paparnya.
Kini penelitian di bidang tersebut masih berada dalam tahap riset. ’’Targetnya harus bisa hingga tahap industrialisasi. Artinya, dapat bekerja sama dengan beberapa industri sehingga penelitian tidak hanya mengendap di perpustakaan,’’ paparnya. Tahun ini ITS menerima anggaran penelitian total Rp 36 miliar. ’’Targetnya, riset yang telah diajukan dapat terus berkembang tidak hanya dari segi kuantitas, tetapi juga tingkat kesiapan teknologinya,’’ jelas Adi.
Kepala LPPM UPN Veteran Jatim Prof Dr Ir H Akhmad Fauzi juga mengakui masih minimnya riset di bidang energi terbarukan. ’’Di UPN, saat ini baru ada enam judul di bidang tersebut,’’ katanya. Hal itu menurut dia, disebabkan minat dan kepakaran dosen yang masih terbatas. ’’Belum semua berminat meneliti energi terbarukan,’’ katanya. (ara/c15/end)