Jawa Pos

Darah Balap Itu Tak Bisa Berbohong

-

KISWADI dan Haryani, pasangan yang pada masa muda adalah rider road race, adalah anugerah besar bagi Doni Tata Pradita, 26. Orang tuanya itulah yang membentuk mantan pembalap Moto2 tersebut. Darah balap yang mengalir itulah yang membuat Doni bisa menembus level World Championsh­ip Moto2 pada 2013. Meski belum tampil maksimal, kiprah Doni saat itu cukup menyuntikk­an gairah pada dunia otomotif nasional.

Kiswadi dan Haryani merupakan sosok orang tua yang cukup membebaska­n Doni memilih jalan hidup. Semasa kecil, hampir setiap akhir pekan Doni diajak orang tuanya ikut menyaksika­n mereka tampil dalam balapan. Perlahan, Doni mencintai dunia yang penuh adrenalin itu. ”Mungkin sudah darah balap juga ya, enggak bisa dibohongi,” kata Kiswadi saat ditemui Jawa Pos di Jogjakarta Rabu (30/3).

Persis pada 2010 Kiswadi memberikan kepercayaa­n buat Doni untuk tampil dalam balapan lokal di Jogjakarta. Saat itu intensitas balap motor Pasar Senggol, balap road race di sekitar Stadion Mandala Krida, cukup kerap. ”Ketika Doni memutuskan ingin balap, akhirnya saya off dari balapan. Gentian anak yang melanjutka­n perjuangan,” lanjut pria kelahiran Sleman, 10 November 1971, tersebut.

Dia masih ingat, biaya yang dibutuhkan kala itu cukup besar buat Kiswadi yang sehari-hari mengandalk­an sebuah bengkel kecil. Dia menuturkan, tak kurang dari Rp 3 juta harus disediakan Kiswadi dan Haryani untuk mendukung buah hatinya tampil di ajang balap. ”Dana itu cukup sedikit karena motor juga lungsuran (bekas pakai, Red) saat saya aktif balap,” lanjutnya.

Dana tersebut lebih banyak keluar untuk keperluan spare part motor dan bahan bakar balap. Tetapi, demi prestasi anak, keduanya banting tulang untuk mendukung Doni sehingga kelak menjadi juara nasional.

Doni Tata memang pernah menjadi ”anak ajaib” dunia balap Indonesia. Sebab, pada usia 15 tahun, dia sudah mendapatka­n kesempatan tampil di kelas 125 cc Grand Prix Malaysia 2005.

”Perlahan kami mendapatka­n sponsor buat dia tampil di level yang lebih ting- gi,” ujarnya. Bagi Haryani, potensi putra sulungnya mengenal dan akhirnya berprestas­i di ajang balap mendapatka­n dukungan penuh dari keluarga. Bahkan, tidak jarang Haryani dan Kiswadi menggadaik­an sejumlah barang ketika Doni muda harus ikut balap dan kekurangan biaya.

Tentang pendidikan, keduanya menerapkan hal yang sama dengan aktivitas balap Doni. Haryani mengatakan, sekolah menjadi salah satu hal penting untuk putra sulungnya itu.

”Beruntung, sekolah juga memberikan dispensasi kala Doni mengikuti event di luar kota,” ujarnya. Termasuk ketika Doni tampil di ajang world championsh­ip di berbagai kelas yang diikuti pada 2005–2009. (nap/c10/sof)

 ?? NURIS A.P/JAWA POS ?? BAKAT TURUNAN: Haryani dan Kiswadi mengapit Doni Tata Pradita. Darah balap mengalir di tubuh ketiganya.
NURIS A.P/JAWA POS BAKAT TURUNAN: Haryani dan Kiswadi mengapit Doni Tata Pradita. Darah balap mengalir di tubuh ketiganya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia