Jawa Pos

Butuh Pendekatan Enam Bulan sebelum Diterima Sepenuhnya

Satu dekade tinggal bersama suku Anak Dalam, Jusiah Ari Abdi mengaku belajar banyak dari adat dan budaya mereka. Misalnya, dalam cara mendidik anak. Jusiah Ari Abdi, Mantan Dosen yang Pilih Hidup Bersama Suku Anak Dalam di Belantara Jambi

-

KORAN yang dibeli sang istri, Rosalina Sihotang, itu tergeletak di meja rumah. Jusiah Ari Abdi menyambarn­ya tanpa ada maksud mencari berita tertentu.

Satu per satu halaman dia buka sampai akhirnya tertumbuk ke sebuah iklan lowongan. Di sana tertulis bahwa Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi membutuhka­n tenaga pendamping untuk ditempatka­n bersama suku Anak Dalam di belantara Jambi.

”Saya langsung tertarik dengan lowongan itu,” kenang Abdi tentang peristiwa yang mengubah hidupnya satu dekade silam lalu tersebut kepada

( Ketika itu hidup Abdi sebenarnya sudah lumayan mapan. Sarjana antropolog­i lulusan Universita­s Sam Ratulangi, Manado, tersebut mengajar di Universita­s Sriwijaya, Palembang. Meski statusnya masih honorer, pendapatan­nya mencukupi.

Tapi, iklan itu seperti memanggil jiwanya sebagai seorang antropolog. Dia segera berkonsult­asi dengan sang istri. Rosalina ternyata mendukung penuh keinginann­ya tersebut.

”Saya kirim lamaran, lalu di terima. Berangkatl­ah saya ke Jambi,” katanya.

Hidupnya pun berubah sejak itu. Dari seorang dosen dengan jadwal pekerjaan tetap dan menuntutny­a untuk selalu tampil rapi menjadi seorang nomad di tengah hutan.

Semuanya demi bisa mempelajar­i dari dekat suku Anak Dalam. Kebetulan, sejak di bangku kuliah, dia memiliki ketertarik­an men- dalam terhadap seluk beluk etnis di Indonesia.

Satu dekade hidup nomad di dalam hutan, pria 38 tahun itu pun menjadi sangat paham teknik bertahan di hutan. Selain tentu dia juga sangat memahami budaya dan adat istiadat suku Anak Dalam alias Orang Rimba.

Tapi, semua itu diraih dengan tidak mudah. Menurut Abdi, sempat terjadi penolakan ketika dirinya kali pertama masuk ke kelompok Orang Rimba di Kawasan Sungai Terab, TNBD (Taman Nasional Bukit Dua Belas).

Bahkan, tidak sedikit di antara mereka yang lari begitu berpapasan dengan Abdi. Apalagi, ketika itu dia belum menguasai bahasa mereka. Tapi, Abdi tak patah arang.

Segala macam cara dia coba. Akhirnya dia bertemu Mangku Humbalai, salah satu Orang Rimba dari Kelompok Sungai Terab. Lewat Mangku Humbalai, dia belajar bahasa Orang Rimba.

”Setiap ada satu kata saya tulis dan terjemahka­n,” ceritanya.

Mereka selalu berpindah-pindah tempat tiap bulan. Akibatnya, Abdi tidak punya banyak waktu untuk berinterak­si dan terpaksa harus turut mengikuti ke mana mereka pergi.

Abdi butuh enam bulan agar Orang Rimba mau menerima dan memercayai sepenuhnya. Berdasar interaksi dari dekat itu, Abdi mengaku belajar banyak dari kebudayaan Orang Rimba. Misalnya, cara mereka mendidik anak. ”Orang Rimba tidak pernah memukul anak. Meski marah, itu hanya di ucapan. Tidak sampai main tangan,” ujarnya.

Orang Rimba juga sangat menjunjung tinggi kebersamaa­n. Meski ada semacam egoisme kelompok, secara umum, mereka sangat kompak. Andaikan ada teman mengalami kecelakaan, Orang Rimba lainnya berbondong-bondong datang memberikan pertolonga­n.

Mereka juga sangat menjunjung tinggi hukum adat. ”Pertanyaan­nya tentu, mau nggak kita mencontoh mereka,” katanya.

Abdi mengungkap­kan, tidak sedikit orang yang mencibir aktivitasn­ya. Dia yakin, tujuan mulia pasti membawa keberkahan dan berakhir dengan kebaikan. ”Yang jelas, kita jangan sampai melihat suatu etnis dari sudut pandang kita sendiri. Kalau Orang Rimba ingin memilih hidup seperti itu, ya biarkan saja.” (*/JPG/c10/ttg)

 ?? MUAWWIN/JAMBI INDEPENDEN­T/JPG ?? Jambi Independen­t Jawa Pos Group). ANTROPOLOG SEJATI: Jusiah Ari Abdi (tengah) bersama warga suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi, beberapa saat lalu.
MUAWWIN/JAMBI INDEPENDEN­T/JPG Jambi Independen­t Jawa Pos Group). ANTROPOLOG SEJATI: Jusiah Ari Abdi (tengah) bersama warga suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi, beberapa saat lalu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia