Jawa Pos

Komponen Otomotif Butuh Insentif Perpajakan

-

JAKARTA – Potensi Indonesia menjadi salah satu pusat industri otomotif Asia terbuka lebar. Kapasitas produksi mobil nasional yang mendekati 2 juta unit menjadi modal utama untuk ekspor. Pemerintah diminta segera membuka kemudahan investasi produksi komponen. Terutama dengan insentif keringanan pajak seperti tax holiday.

Menteri Perindustr­ian Saleh Husin mengatakan, pasar otomotif secara rata-rata tumbuh 6–7 persen per tahun. Tahun lalu penjualan mobil nasional mencapai 1,013 juta unit. Meski berkurang bila dibandingk­an dengan 1,2 juta unit pada 2014, angka itu masih tertinggi di ASEAN atau mengalahka­n Thailand.

Hanya, dari sisi produksi, Indonesia masih kalah oleh Negeri Gajah Putih. Thailand memproduks­i lebih dari 2 juta unit secara rata-rata per tahun. ”Tahun 2015 agak turun karena dampak ekonomi global,” ujarnya setelah diskusi di Jakarta kemarin (2/4).

Penyebab utamanya adalah industri komponen di dalam negeri masih terbilang kecil. Indonesia hanya punya sekitar 1.000 industri komponen. Sebaliknya, Thailand sudah punya hampir 3.000. Padahal, industri komponen memegang peran penting dalam pertumbuha­n industri otomotif.

Karena itu, pihaknya meminta prinsipal produsen otomotif, baik Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, maupun Amerika Serikat (AS), masuk untuk membangun industri komponen. Pemerintah, kata dia, bakal memberikan peluang besar bagi industri komponen untuk masuk ke tanah air. ”Untuk industri komponen berteknolo­gi tinggi, kami be- baskan (dimudahkan, Red) untuk bisa masuk,” lanjutnya. Namun, industri komponen dengan teknologi rendah dianjurkan bermitra dengan pengusaha lokal. Dengan demikian, masuknya industri komponen tidak akan mematikan pengusaha lokal.

Pihaknya optimistis Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam beberapa tahun ke depan. Saat ini raksasa-raksasa otomotif sedang giat berinvesta­si untuk mengembang­kan unit produksiny­a di Indonesia. Toyota, misalnya, hingga 2019 menanamkan investasi Rp 20 triliun. Tahun ini mereka bertanam modal Rp 5,2 triliun.

Kemudian, Mitsubishi juga sudah investasi hampir Rp 6 triliun setelah membangun di Thailand. Ada pula Isuzu yang bertanam modal Rp 3,5 triliun. Ada juga perusahaan asal Tiongkok yang membangun pusat produksi dengan investasi Rp 11 triliun. Diperkirak­an, produksi dimulai pada 2017.

”Saat ini Thailand sudah mentok. Tidak akan tumbuh (industri otomotifny­a, Red),” tambah dia.

Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto optimistis Indonesia menjadi salah satu kekuatan otomotif terbesar di Asia. Namun, itu bisa terpenuhi jika pemerintah mampu mengakomod­asi dari sisi regulasi agar minat investasi di sektor padat karya dan padat modal tersebut bisa semakin tinggi.

Dari sisi penjualan, Indonesia memang sudah menjadi raja di ASEAN. Hanya, boleh dibilang, Indonesia masih jago kandang. Mayoritas produksi masih dijual di dalam negeri. ” Yang masih kurang di kita adalah ekspornya. (byu/gen/c10/sof)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia