Jawa Pos

Restu Orang Tua Hindarkan Lintasan Liar

-

KECELAKAAN pada 1989 tidak pernah dilupakan Andi Suriadi. Kala itu dia melaju kencang dari Bulukumba menuju Makassar. Selain karena faktor jalanan sepi, dia ingin menguji kekuatan motor RX King kepunyaann­ya. Dia ingin mencatat waktu tercepat Bulukumba–Makassar di bawah dua jam.

Hasil itu bisa menjadi acuan untuk kompetisi balapnya. Padahal, dalam perjalanan normal, dibutuhkan setidaknya empat jam berkendara. Itu pun dengan kondisi jalan lengang. ”Sewaktu menikung, ada mobil yang melintas dengan tiba-tiba tepat di depan saya. Bunyinya sangat keras. Hasilnya, tulang kering kaki kiri saya bengkok hingga sekarang,” imbuhnya.

Risiko kecelakaan membuat dia sedikit ragu untuk menurunkan bakat balapnya kepada anaknya. Namun, kegigihan Andi Farid Izdihar atau yang biasa disapa Andi Gilang membuat Suriadi merestui anaknya untuk menempuh jalan yang sama dengan yang pernah ditempuhny­a.

”Saya pribadi sebenarnya tidak ada niat untuk membuat Gilang menjadi pembalap, terlalu berisiko. Namun, kemauannya yang sangat kuat membuat saya dan ibunya luluh,” tutur Suriadi saat dikunjungi Jawa Pos di kediamanny­a di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Bagi Suriadi, restu darinya penting buat Gilang, yang pernah menjuarai Asia Talent Cup (ATC) 2015 di Qatar. Bapak enam anak tersebut tidak ingin Gilang mengalami nasib yang sama dengannya saat remaja dulu. Yakni, tidak mendapat restu orang tua sehingga melampiask­an hasrat di dunia balap liar.

”Saya pertama kali tahu bahwa Gilang suka balapan sewaktu dia kelas VI SD. Saya mendapat laporan dari beberapa teman yang mengatakan bahwa Gilang sekarang sering ikut balap liar,” tutur Suriadi. Karena tidak ingin masa lalunya terulang kepada Gilang, Suriadi dengan ikhlas mendukung sepenuhnya keinginan sang anak. Sang istri, Andi Rina Soviana, malah lebih antusias mendukung Gilang ketimbang sang suami.

Gunawan Salim, ayah Tommy Salim dan Gerry Salim, pembalap motor yang menjadi tumpuan Jawa Timur, juga punya cerita dalam membesarka­n anak-anaknya. Setelah tidak terjun ke arena balap sejak 1993, Gunawan membina dan melatih banyak pem- balap dari Jatim ataupun luar Jatim. ”Saat itulah anak-anak saya melihat bagaimana saya melatih anak didik saya. Dan akhirnya mereka tertarik untuk mencobanya,” ucap pria asal Surabaya itu.

Tommy Salim berlatih balap sejak umur delapan tahun dan mulai terjun di kejuaraan balap pada usia sepuluh tahun. Gerry Salim pun mulai berlatih pada umur delapan tahun dan mulai terjun di kejuaraan balap pada usia sembilan tahun. ”Saya hanya mengarahka­n dan membimbing mereka, sedangkan keputusan ada di tangan mereka sendiri. Yang penting mereka nyaman dan serius dengan pilihan mereka, maka saya akan selalu mendukung mereka,” terang pria kelahiran 30 Maret 1960 itu. (io/nes/c11/sof)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia