Jawa Pos

Tak Kuasa Tolak Tawaran dari Paolo Maldini

Sudah enam bulan mantan bek timnas Italia Alessandro Nesta kembali ke lapangan hijau sebagai pelatih. Kini misinya adalah membawa Miami FC meraih gelar perdana dalam debutnya di kompetisi NASL.

- PULANG KE RUMAH BAPA

MANTAN bek AC Milan Alessandro Nesta memasuki Stadion Lockhart dengan langkah tegap. Meski selalu dihiasi senyuman, Nesta tidak dapat menyembuny­ikan ketegangan di wajahnya saat memasuki ruang ganti pemain di stadion di Florida, Amerika Serikat (AS), tersebut. Sebab, di situlah karir barunya sebagai pelatih bakal diuji.

Hari ini Miami FC, tim pertama yang dia latih, melawan Fort Lauderdale Strikers dalam kompetisi North American Soccer League (NASL) atau divisi kedua di piramida sepak bola Amerika. Enam bulan sejak dia ditunjuk sebagai pelatih kepala di tim yang terbentuk pada Mei tahun lalu, laga tersebut menjadi debutnya duduk di kursi kepelatiha­n.

Terpilihny­a pria asal Italia itu sebagai pelatih tidak lepas dari sosok Paolo Maldini, sahabatnya ketika masih berseragam Rossoneri –julukan AC Milan– yang juga co

Miami FC. Nesta tidak butuh waktu yang lama untuk menyepakat­i tawaran Maldini

Minggu, 3 April 2016 Moenchengl­adbach vs H. Berlin

Hanya 10 menit perbincang­an, langsung deal. ’’

Memang, setelah gantung sepatu sebagai pemain sepak bola pada 2014, Nesta tetap tidak bisa jauh dari dunia yang telah membesarka­n namanya tersebut. Dia lantas memulai karir kepelatiha­n dengan menjadi asisten pelatih Nazionale A.

Tidak puas, Nesta kemudian mengikuti kursus kepelatiha­n di Coverciano pada Oktober 2013. Dua tahun kemudian, Nesta mendapat lisensi UEFA Pro bersama kawan-kawan seangkatan­nya seperti Roberto Baronio, Massimo Carrera, Paolo Favaretto, Roberto Fiorillo, Maurizio Ganz, dan Diego Giuseppe Zani.

Lalu, siapa sosok pelatih yang paling memengaruh­i Nesta dalam menjalani profesi barunya? Dengan tegas, pria 40 tahun itu menyebut Carlo Ancelotti. Pelatih yang telah memolesnya selama delapan tahun bersama AC Milan tersebut bak seorang ayah bagi Nesta. ’’Panutan saya? Tentu Ancelotti. Dia yang terbaik,’’ tegas Nesta dikutip Corriere dello Sport.

Sifat tenang Don Carlo –sebutan Ancelotti– dalam menghadapi situasi sulit menjadi acuan Nesta dalam gaya kepelatiha­nnya. ’’(Dia tahu) cara menangani grup pemain, taktik, segalanya. Saya selalu menghubung­inya untuk meminta saran,’’ ucapnya.

Mungkin banyak yang bertanya-tanya tentang alasan Nesta memilih Miami sebagai debutnya di dunia kepelatiha­n, bukan di klub-klub Italia, negara kelahirann­ya. Bagi dia, Miami merupakan tempat yang pas untuk memulai petualanga­n baru. Kultur sepak bola yang berbeda antara Italia dan AS menjadi tantangan tersendiri bagi mantan bek Lazio tersebut. ’’Berada di negara baru, tingkat kesulitann­ya tentu berbeda. Tetapi, saya berusaha menyampaik­an seluruh pengalaman saya kepa da para pemain,’’ tutur Nesta.

Lantas, tidakkah Nesta tertarik menjajal kemampuan kepelatiha­n bersama timnas Italia? Bermain bersama Gli Azzurri

(dra/c4/ham) –julukan timnas Italia– selama 10 tahun tentu membawa kenangan tersendiri baginya. Namun, Nesta ternyata lebih memilih berfokus untuk membesarka­n Miami FC.

’’Italia? Tidak, terima kasih,’’ tegasnya. ’’Saya belum berpikir soal bangku nasional karena baru memulai di sini. Tetapi, kita lihat saja nanti,’’ tandas dia. (okt/c14/ham)

 ?? MIAMIHERAL­D ?? PENGALAMAN BARU: Alessandro Nesta (kanan) dengan owner Miami FC Ricardo Silva dalam perkenalan sebagai pelatih baru pada akhir tahun lalu.
owner
MIAMIHERAL­D PENGALAMAN BARU: Alessandro Nesta (kanan) dengan owner Miami FC Ricardo Silva dalam perkenalan sebagai pelatih baru pada akhir tahun lalu. owner

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia