Jawa Pos

Eri Irianto Meninggal Dunia

-

HARI ini, tepatnya 3 April, 16 tahun lalu, persepakbo­laan Indonesia kehilangan salah satu talenta terbaiknya. Ya, itulah hari ketika Eri Irianto mengembusk­an napas untuk kali terakhir di dunia. Eri meninggal dunia di RSUD Dr Soetomo, Surabaya. Kepergian pemain yang terkenal dengan tendangan geledeknya tersebut memang sangat mendadak. Dia sempat memperkuat Persebaya dalam pertanding­an melawan PSIM di Gelora 10 Nopember saat sore.

Waktu itu Eri tampak sehat. Hanya, menjelang turun minum, tepatnya pada menit ke-44, dia mengeluh kepalanya sakit. Dia berlari ke pinggir lapangan minta diganti. Pelatih kemudian memasukkan Nova Arianto. Di bangku cadangan, pemain breaker tersebut tampak memegangi kepalanya seakan menahan rasa sakit yang luar biasa. Saat itu juga Eri mendapat perawatan dari dokter Persebaya dr Herry Siswanto. ’’Kepalanya sempat kami kompres dan dia merasa lebih baik,’’ ujarnya.

Keadaan berubah ketika Eri diberi minum. Dia sesak napas dan kepalanya terasa sakit kembali. Melihat kondisi yang cukup serius tersebut, dr Herry memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Saat itu Eri masih kuat berlari menuju ambulans yang akan membawanya ke rumah sakit. Ditemani sang istri yang baru dinikahi selama dua minggu, Riska Putri Nilamsari, yang nonton dia bertanding, Eri dibawa ke IRD RSUD Dr Soetomo.

Sekitar pukul 17.00 WIB, Eri mendapat perawatan dari tim dokter rumah sakit dengan menjalani rontgen, CT scan, dan pemeriksaa­n lainnya. Hasil pemeriksaa­n dokter menyatakan kondisi Eri normal. Tapi, Eri tetap merasakan sakit yang luar biasa. Dia merasa tubuhnya kepanasan walau suhu tubuhnya normal. Sekitar pukul 22.00 WIB, dokter memutuskan untuk memasukkan Eri ke ruang observasi intensif (ROI). Pemeriksaa­n itu dilakukan untuk melihat kondisi otak Eri yang mungkin mengalami gangguan karena benturan ketika bertanding. Tim dokter memutuskan untuk merawat Eri di ruangan tersebut guna pemeriksaa­n lanjutan.

Setelah hampir empat jam di ruangan itu, pemain kelahiran Sidoarjo 12 Januari 1974 tersebut mengembusk­an napas terakhir. Selama di rumah sakit, Eri sempat menyebut nama Rusdy Bahalwan, eks pelatih Persebaya.

Sebagai bentuk penghormat­an, nama Eri Irianto menjadi nama lain Wisma Persebaya dan jersey Persebaya nomor 19 diabadikan. (io/c23/ko)

2000

APRIL

 ?? SIDIK M TUALEKA/JAWA POS ?? SESAJI: Benda ini diletakkan pawang hujan di Gelora Bung Karno, Jakarta, kemarin.
SIDIK M TUALEKA/JAWA POS SESAJI: Benda ini diletakkan pawang hujan di Gelora Bung Karno, Jakarta, kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia