Terganjal Lahan Pengembang
Proyek Jalan Tembus Jenggolo–Pagerwojo
Kemacetan jalur Waru–Jenggolo makin merisaukan saja. Anda punya solusi, saran, atau harapan untuk mengatasi kemacetan di jalur utama Surabaya–Sidoarjo itu? Silakan sampaikan usul Anda melalui
atau SMS ke nomor 08113525266. Jangan
lupa tulis nama dan alamat.
SIDOARJO – Banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan pemkab untuk mengurai kemacetan Waru–Jenggolo. Selain frontage road, ada kelanjutan proyek jalan tembus Jenggolo–Pagerwojo. Hingga kini, belum ada perkembangan signifikan untuk proyek itu. Padahal, proyek tersebut direncanakan sejak tiga tahun silam.
Proyek jalan tembus Jenggolo–Pagerwojo itu masih terkendala lahan milik pengembang perumahan. Akses tersebut nanti menghubungkan jalan di sisi barat flyover Jenggolo atau depan Museum Mpu Tantular dengan jalan lingkar barat Pagerwojo.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Sidoarjo Sigit Setyawan mengatakan, ada empat pengembang yang lahannya dilintasi jalan tembus Jenggolo–Pagerwojo itu. Dua pengembang di antaranya sudah membangun jalan sendiri. ”Nanti jalan itu tersambung dengan jalan tembus,” ujarnya.
Sigit menyatakan sudah mengumpulkan pengembang yang akan terdampak proyek tersebut. Namun, ada satu pengembang yang tidak datang. Dia tidak mengetahui alasan ketidakdatangan pengembang tersebut. Padahal, akses itu akan sangat bermanfaat bagi mereka. Lokasi mereka bakal semakin strategis jika dilintasi jalan. Harga properti akan semakin mahal.
Saat ini, lanjut dia, lahan milik pen- gembang yang tidak pernah datang saat diundang itu kurang strategis. Posisinya persis di bawah flyover. Lahan itu baru diuruk oleh pemiliknya dan belum dibangun. ”Seharusnya mereka senang kalau dibangun jalan baru,” terang Sigit.
Selain lahan pengembang, proyek jalan tembus Jenggolo–Pagerwojo itu juga terkendala lahan milik Pemprov Jatim. Lahan tersebut tidak terlalu luas. Hanya 45 meter persegi. Meski begitu, pemkab tidak bisa menggunakan lahan itu sebelum ada kesepakatan dengan provinsi. Sigit menjelaskan, harus ada penyerahan lahan ke pemkab sebelum pembangunan dilaksanakan.
Alumnus ITS itu menyatakan, instansinya sudah mengirim surat ke provinsi. Namun, sampai sekarang belum ada tanggapan. Dia masih menunggu jawaban pemprov
(*)
Kabid Pemeliharaan Dinas PU Bina Marga Sidoarjo M. Yunan Khoiron menambahkan, pelaksanaan proyek itu tidak membutuhkan pembebasan lahan. Sebab, lahan yang dilintasi adalah lahan fasum dan milik pemprov. ” Tidak ada lahan milik warga yang kena. Sebenarnya lebih mudah,” ungkapnya.
Yunan juga menyebut jalan tembus itu akan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Pengenda- ra dari arah lingkar barat yang ingin ke arah Jalan Raya Buduran tidak perlu melintas di Jalan A. Yani atau Pucang. Mereka cukup melintas di jalan tembus. Begitu juga sebaliknya, pengendara dari arah Buduran bisa langsung masuk jalan tembus. ”Jalan itu akan bisa mengurangi kepadatan lalu lintas,” ucap dia.
Sigit menambahkan, selama ini ada titik kepadatan lalu lintas di Jalan Pagerwojo–Jenggolo. Tepatnya di lintasan rel kereta api (KA) Pagerwojo, pertigaan Jalan Mayjen Sungkono- Sultan Agung, dan pertigaan Jalan Jenggolo-A. Yani. Di lintasan KA, sering terjadi kepadatan ketika KA melintas. Adapun pertigaan Jalan Mayjen Sungkono-Sultan Agung selalu padat karena banyak kendaraan yang melintas. Baik dari selatan alun-alun, timur Jenggolo, maupun Pagerwojo.
Yang paling padat di antara tiga titik itu adalah pertigaan Jenggolo-A.Yani. Di lokasi itu, sering terjadi penumpukan kendaraan. Selain volume kendaraan tinggi, lokasi tersebut dekat dengan be- berapa sekolah. Jika waktu masuk dan pulang sekolah, kemacetan akan semakin parah.
Berikutnya, lanjut Sigit, pihaknya akan bertemu lagi dengan pengembang untuk membahas rencana itu. Dia berharap semua pengembang datang untuk berembuk. Selama ini, mereka tidak kompak. Kalau ada yang tidak datang, proyek Jenggolo–Pagerwojo itu akan sulit dilanjutkan. ”Minggu depan kami adakan rapat,” jelas mantan kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Sidoarjo itu. (lum/c11/hud)