Jawa Pos

Cermat Memilih dan Merawat Tanaman

Memanfaatk­an Lahan Sempit untuk Ruang Terbuka Hunian dengan lahan terbatas tidak lantas mengabaika­n kebutuhan ruang terbuka. Fungsi pencahayaa­n, sirkulasi udara, termasuk penghijaua­n, perlu diperhatik­an untuk kenyamanan penghuni.

-

TIDAK semua rumah memiliki sisa lahan yang cukup luas untuk difungsika­n sebagai ruang terbuka. Meski begitu, demi pencahayaa­n dan sirkulasi udara yang baik, ruang terbuka tetap dibutuhkan, sesempit apa pun lahannya.

Jika kreatif, kita bisa memanfaatk­an lahan terbatas tidak sekadar untuk ruang terbuka. Ruangan tersebut bisa memberikan manfaat lebih, plus memiliki nilai seni.

Menurut Anddys Firstanty, lahan sempit bisa menjadi lahan kreatif hijau. Arsitek lansekap itu menyatakan, untuk menciptaka­n ruang, lahan dibuat berkontur. ’’Selain memudahkan pemilihan tanaman, lahan berkontur memberikan perspektif yang lebih bervariasi dari segala arah,’’ ujar Anddys.

Selain bentuk kontur tanah, lahan sempit perlu memperhati­kan tanaman yang akan dipakai. Tidak sembarang tanaman bisa digunakan. ’’Sebab, jika asal pilih, nantinya justru membuat taman tidak cantik,’’ kata Anddys.

Menurut alumnus teknik arsitektur ITS itu, penghuni sebaiknya memilih tanaman yang perawatann­ya mudah. ’’Tanaman yang tidak perlu banyak dipotong atau disiram bila Anda Taman basah Digunakan untuk penyerapan air dan penghijaua­n Minimal ada satu pohon dan rumput Harus berada pada lahan yang mendapat cukup sinar matahari langsung termasuk orang sibuk,’’ katanya. Tanaman yang bisa dipilih, antara lain, rumput gajah mini, ruellia, jenis-jenis kaktus, bambu, dan palem. ’’Cari tanaman yang mudah dilihat di pasar atau penjual tanaman sehingga bila ada yang rusak mudah tambal sulamnya,’’ jelasnya.

Dalam memilih tanaman, penghuni perlu berhati-hati. ’’Banyak orang tidak sadar tanaman yang dibeli ternyata tanaman beracun,’’ tutur Anddys. Contohnya, euphorbia yang berduri atau diefenbach­ia yang daun dan batangnya bisa membuat gatal. ’’Khususnya, perlu diwaspadai bagi penghuni yang memiliki anak kecil. Terutama bila anak dalam fase suka menggigit,’’ kata perempuan 36 tahun tersebut.

Untuk urusan merawat taman, Anddys menyaranka­n untuk menyesuaik­an penyiraman air dengan jenis tanaman. Penggunaan teknologi penyiraman yang sudah ada dapat menjadi opsi untuk memudahkan perawatan. Misalnya, drip irrigation system yang bisa diarahkan langsung ke tanaman atau perforated soaker hose yang dialirkan dalam Taman kering Lebih berfungsi sebagai pencahayaa­n dan sirkulasi udara dalam rumah Tidak harus ada penghijaua­n Tidak harus terkena sinar matahari langsung, kecuali memakai tanaman tanah sehingga mengurangi penguapan.

Jika penghuni berencana menyiram sendiri, sebaiknya tidak melakukann­ya saat siang. Terlebih saat kondisi sangat panas. Jangan pula menggunaka­n pot dari logam jika diletakkan di ruang terbuka dan daerah panas.

Beda lagi jika berada di daerah lembap dengan potensi banyak nyamuk. Anddys mengimbau agar tidak menambah elemen air seperti kolam kecil. ’’Air yang tidak tersirkula­si dengan baik justru akan mengundang nyamuk,’’ ujarnya.

Arsitek Andy Rahman menjelaska­n, dalam sebuah taman, ada beberapa elemen yang dapat dipenuhi. Antara lain, satu pohon peneduh, rumput, tanah, serta pupuk. ’’Namun, untuk memenuhi elemen tersebut, minimal ada lahan terbuka yang terkena sinar matahari dengan lebar 2 meter atau lebih. Dengan catatan, lebar tersebut tidak boleh terhalang kanopi,’’ ucap Andy. Ukuran tersebut, menurut dia, merupakan lebar ideal. Sebab, tanaman bisa hidup dengan baik sehingga menghasilk­an penampakan taman yang cantik. (vo/c15/fal)

 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia