Kematian Bulan, Buku Kelima Teater Kanjeng
GRESIK – Teater Kanjeng SMA Kanjeng Sepuh, Sidayu, kembali menerbitkan buku antologi puisi. Kemarin (2/4) buku berjudul Kematian Bulan itu resmi diluncurkan. Buku tersebut menjadi buku kelima yang dibuat 29 siswa-siswi kajian sastra samrotul fuada, salah satu kegiatan ekstrakurikuler.
Bertempat di aula Kanjeng Sepuh lantai 3, acara diisi dengan musikalisasi puisi dari komunitas teater di Kota Pudak. Ada beragam kelompok teater dari sekolah-sekolah lain yang turut menyemarakkan kegiatan tersebut. ’’Buku Kematian Bulan secara umum membahas masalah sosial. Setahun sekali kami menerbitkan buku antologi puisi. Dan, ini adalah buku kelima,’’ jelas Yusak Zainuddin, pembina Teater Kanjeng.
Para siswa menulis puisi tentang masalah sosial masyarakat yang kerap terjadi di Kabupaten Gresik. Misalnya, banyaknya industri yang mengurangi sawah dan tambak serta dump truck yang melintas saat jam-jam sekolah. Mereka juga menulis tentang aneka masalah yang dialami penulis atau masyarakat di sekitar.
Yusak menambahkan, setiap tahun dirinya dan pihak sekolah menargetkan untuk menerbitkan satu buku antologi puisi. Tujuannya, para siswa bisa lebih jujur dalam mengekspresikan diri sebagai media kritik sosial juga. ’’Puisi itu bisa mewakili kata-kata yang tidak mampu diucapkan,” tuturnya.
Nurul Aulia, 17, salah seorang penulis dalam buku Kematian Bulan, mengatakan senang bisa berkarya dan diabadikan dalam satu buku bersama kawankawannya. Menurut siswi kelas XI jurusan bahasa itu, buku tersebut merupakan sebuah ungkapan atau perumpamaan kehilangan terhadap seseorang atau sesuatu yang mereka sayangi. ’’Jadi, ada kenangkenangan semasa duduk di bangku SMA,” ujarnya.
Sementara itu, Muhammad Dzunnuroini atau yang akrab disapa Cak Roin, pegiat teater dan pendiri komunitas Kotaseger, mengatakan, buku antologi Kematian Bulan lebih bervariasi dan berbobot daripada karyakarya sebelumnya. ’’Semoga teman-teman Teater Kanjeng bisa istiqamah dalam berkarya. Mengingat, Teater Kanjeng merupakan salah satu barometer sastra di wilayah Gresik Utara,” ucap pria asal Desa Mriyunan, Sidayu, itu. ( ndi/c7/dio)