Motif Papan Skateboard Kunci Keunikan Produk
Belakangan, aksesori dari bahan kayu sedang naik daun. Tiga sekawan Kabau Artshades menawarkan produk berbeda: kacamata dari kayu yang sudah rusak.
frame
skateboard
skateboard dibuat dari kayu maple yang dikenal ringan dan kuat. Saat diaplikasikan untuk papan seluncur roda empat tersebut, kayu ditumpuk berlapis-lapis. Biasanya, dalam satu deck (sebutan untuk papan skateboard yang menjadi pijakan, Red), terdapat sampai tujuh lapis.
Menurut Co-Founder Kabau Artshades Reynanto Akhmad Aditya, 30, lapisan-lapisan kayu pada deck bertujuan agar papan skateboard tidak mudah patah. Selain itu, motif papan skateboard berbeda-beda sehingga lebih unik. ’’Karena tangguh untuk skateboard, begitu juga kalau dipakai untuk frame kacamata,’’ kata Ditto, sapaan akrabnya, saat ditemui di workshop Kabau Artshades di Kramat Jati, Jakarta Timur.
Ditto tertarik menggunakan papan skateboard sebagai bahan frame kacamata lantaran termasuk seorang skater. Karena itu, dia tahu betul bahwa limbah skateboard selama ini tidak terdaur ulang. ’’Kalau rusak, papannya nggak bisa dibenerin. Dibuang gitu aja. Kami melihat peluang itu,’’ ujarnya.
Saat Ditto bersama dua temannya, Sofian Arjanggi dan Bonny Andrew Produksi sebulan sampai 15 frame. Harga frame stok mencapai sedangkan custom mulai (Andro), merencanakan bisnis frame kacamata pada 2011, mereka memilih limbah kayu skateboard. Saat itu kampanye go green dengan memilih produk ramah lingkungan tengah marak. Mereka tidak khawatir dianggap mengekor lantaran frame kacamata dari kayu berkembang sejak 1960-an. ’’Cuma belum jadi tren karena dianggap gampang patah,’’ ucap dia.
Bisnis tersebut diawali dengan mencari referensi desain. Perhatian mereka berhenti pada sebuah eksperimen yang menjadikan kayu sebagai bahan baku berbagai produk, termasuk frame kacamata. Kebetulan, ayah Andro menjalankan bisnis pembuatan kapal layar berbahan kayu. Mereka lantas memutuskan untuk membuat bingkai kacamata, tetapi untuk dipakai sendiri. ’’Motif dan warna papan skateboard itu beda-beda. Itulah keunikannya,’’ ungkap Ditto.
Pria yang berulang tahun setiap 24 Oktober tersebut membutuhkan 2,5 tahun untuk melakukan riset. Mereka mencari cara terbaik agar bingkai kacamata enak dikenakan. Modal awalnya tidak banyak, hanya Rp 500 ribu. Modal awal sangat minim karena mereka memanfaatkan perkakas kerja milik Sjahril Awaluddin, ayah Andro. ’’Kami minta donasi papan skateboard yang rusak ke teman-teman,’’ tuturnya.
Hingga kini, tiga pendiri tersebut sekaligus berperan sebagai pembuat frame kacamata. Karena papan skateboard sudah unik, mereka tidak perlu repot memberikan warna. Tinggal memberikan lapisan pelindung supaya kacamata lebih tahan lama, termasuk saat kena keringat.
Kacamata hasil kerja mereka pun diperlihatkan kepada teman-temannya untuk mendapat masukan. Enam bingkai kacamata prototipe juga mereka unggah ke akun Facebook pada 2012. Sebuah brand papan surfing asal Australia tertarik dan memborong enam bingkai tersebut. Momentum itu disebut Ditto dan kawan-kawannya sebagai pemicu semangat.
Akhirnya, pada akhir 2013, mereka bertiga resmi memperkenalkan Kabau Artshades. Itulah nama yang disiapkan sejak 2011. Kabau berakar dari nama Minangkabau lantaran ketiganya kebetulan sama-sama berdarah Minang. (dim/c14/noe)