Jarak Pandang di Dumai Tinggal 2 Km
Riau Berselimut Asap Lagi, KLHK Klaim Sudah Antisipasi
JAKARTA – Musim hujan yang berangsur pergi membawa kembali titik api ke Riau. Kebakaran pun terjadi. Asap muncul lagi saat trauma akan bencana serupa yang terjadi tahun lalu masih tersisa.
Pemerintah mengaku sudah mengantisipasi fenomena asap yang menyelimuti Riau sejak akhir Maret lalu itu. Bahkan juga melakukan tindakan pencegahan jauh sebelum titik api muncul.
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nur Masripatin mengatakan, pihaknya mencatat bahwa titik api di wilayah Riau sudah pasti terjadi pada periode awal tahun. ”Secara historis, titik api di Riau memang bakal meningkat sejak Februari hingga pertengahan April. Hal itulah yang sudah kami pertimbangkan dalam upaya-upaya tahun ini,” ujarnya kemarin (4/4).
Karena itu, bekerja sama dengan beberapa pihak, KLHK sudah membentuk tim. Yang dilibatkan, antara lain, TNI, Polri, pemerintah daerah, dan masyarakat sekitar. Tim tersebut secara khusus melakukan patroli dan pencegahan kebakaran hutan di wilayah itu.
”Upaya itu kami intensifkan sejak Januari dan sampai sekarang masih berjalan. Mereka berkeliling mencari titik api dan memadamkan sebelum kebakaran membesar,” terangnya.
Bencana asap di berbagai pulau di Indonesia tahun lalu diklaim NASA (Badan Antariksa Amerika Serikat) sebagai salah satu yang terbesar sepanjang sejarah. Sama parahnya dengan yang terjadi pada 1997.
Nur menyatakan bahwa pihaknya terus mengawasi kepekatan asap yang mulai menyelimuti Riau. Menurut laporan yang diterima, asap tersebut sebenarnya belum mencapai tahap berbahaya. ”Itu laporan yang saya terima hari ini (kemarin, Red). Saya akan cek terus bagaimana perkembangannya,” imbuhnya.
Informasi yang disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sebaran titik panas memang terpantau di Pulau Sumatera, khususnya wilayah Riau. Total, ada 13 titik panas yang terpantau di Riau dan sekitarnya.
Khusus titik api dengan intensitas tinggi mencapai enam titik. Kondisi itulah yang kemudian membuat Riau kembali dihantui kabut asap sejak akhir Maret lalu.
Selain itu, BMKG melaporkan bahwa kondisi Riau, khususnya bagian tengah, memiliki potensi kemudahan terjadinya kebakaran. ”Kemudahan terjadinya kebakaran ini disebabkan faktor cuaca,” kata Kepala Sub-Bidang Informasi BMKG Harry Tirto Djatmiko kemarin.
Sementara itu, berdasar hasil pemantauan BMKG Pekanbaru dengan cakupan yang lebih sempit, ada 30 titik panas di seluruh wilayah Sumatera. Di antaranya, di Sumatera Utara ada delapan titik panas. Kemudian, di Lampung dan Kepulauan Riau masing-masing dua titik panas.
Khusus wilayah Provinsi Riau, titik panas tersebar di sejumlah lokasi. Di antaranya, Kabupaten Bengkalis, Meranti, Pelalawan, Siak, dan Dumai. Jarak pandang paling pendek terdapat di Dumai dengan radius 2 kilometer karena tertutup asap. Dalam beberapa hari ke depan, cuaca di Riau pada umumnya diper- kirakan cerah dan berawan.
Sementara itu, Manajer Kampanye Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Edo Rachman menegaskan, pemerintah harus bersikap aktif dalam merespons ancaman asap tersebut. Menurut dia, pemerintah tak bisa begitu saja melabeli fenomena itu sebagai bencana alam yang tak bisa dibendung. ”Dari catatan kami, sudah ada 600 titik api yang menyala dan padam di wilayah Riau. Memang, soal titik api itu adalah urusan alam. Tapi, soal mencegah kebakarannya itu tugas pemerintah,” katanya.
Apalagi, lanjut Edo, pihaknya juga menemukan beberapa lahan konsensus milik perusahaan yang ikut terbakar. ”Ini bisa saja modus bagi mereka untuk membuka lahan.”
Dia mendorong pemda agar bertindak tegas jika menemukan kesengajaan dalam kebakaran di wilayah konsensus. (bil/wan/c11/ttg)