Logistik Berikat Pacu Daya Saing
JAKARTA – Untuk meningkatkan kinerja logistik Indonesia, pemerintah menetapkan sebelas pusat logistik berikat (PLB) di berbagai daerah. PLB dinilai dapat meningkatkan daya saing investasi Indonesia yang saat ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan negaranegara ASEAN. Berdasar Logistic Performance Index 2014 yang dirilis Bank Dunia, kinerja logistik Indonesia jauh berada di bawah Singapura dan Malaysia, bahkan di bawah Thailand dan Vietnam.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyatakan, rata-rata waktu proses ekspor dan impor di Indonesia masih 3,5 hari. Sedangkan negara tetangga seperti Singapura hanya dua hari, bahkan hanya sehari di Vietnam. ”Di Indonesia proses tersebut membutuhkan biaya USD 573. Sementara itu, biaya di Singapura setengahnya. Bahkan, di Vietnam hanya 45 persen dari Indonesia,” ujarnya di Jakarta kemarin (4/4).
Di samping Logistic Performance Index, peringkat Ease of Doing Business Indonesia tahun lalu juga masih di urutan bawah alias ketujuh di ASEAN. Khususnya terkait dengan indikator perdagangan lintas negara yang menyoroti prosedur ekspor impor. Untuk itu, PLB menjadi cukup krusial bagi daya saing Indonesia sebagai tujuan investasi. ”Dengan PLB, pemerintah ingin menjadikan Indonesia seba-
Thailand
3,43
Singapura
4,00
Indonesia
3,08 gai pusat distribusi logistik nasional dan internasional yang murah dan efisien. Selain itu, juga mendukung pertumbuhan industri dalam negeri,” lanjutnya.
PLB tersebut tidak hanya memindahkan gudang penimbunan barang ekspor dan impor ke wilayah Indonesia untuk kebutuhan dalam negeri. PLB juga menguntungkan dan mempermudah beragam industri. Bukan hanya industri berskala besar, tapi juga kecil dan menengah. ”Dengan adanya fasi-
Vietnam
Filipina
3,00
Malaysia
3,59 litas PLB, kita ingin menjadi hub logistik di Asia Pasifik. Fasilitas itu juga diharapkan menurunkan biaya logistik nasional, meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global, sekaligus menggairahkan ekspor,” ungkapnya.
Deputi Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal Azhar Lubis menambahkan, PLB merupakan bagian dari inovasi kebijakan yang dilakukan pemerintah pusat. Pihaknya berharap fasilitas itu dapat dioptimalkan dalam mengembangkan usaha dan memperluas jaringan pasokan. ”Pusat logistik berikat dan inovasi kebijakan lainnya merupakan respons kita terhadap kompetisi global. Itu juga bagian dari upaya meningkatkan kemudahan berusaha di Indonesia,” tambahnya.
PLB merupakan suatu gudang logistik multifungsi yang mendapat fasilitas pembebasan bea masuk dan pajak impor. PLB akan menarik investasi dengan diperbolehkannya pengusaha asing nonpabrik menjadi penyuplai bahan baku di PLN. Pembentukan PLB oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai menambah aspek strategis kawasan industri JIIPE.
Nilai total investasi pengembangan kawasan industri itu Rp 50 triliun. Saat ini JIIPE memasuki masa konstruksi yang dilakukan dua BUMN, yaitu PT Hutama Karya dan PT Waskita Karya. (ken/c9/oki)