Pro-Kontra Vaginal Seeding
ADA ’’tren’’ baru di kalangan ibu-ibu di US dan UK. Tidak ingin kehilangan manfaat dari proses kelahiran alami, ibu-ibu yang melahirkan secara Caesar melakukan vaginal seeding kepada bayi mereka.
Saat bayi lahir, dia berpindah dari area ’’steril’’, yaitu perut sang ibu, menuju dunia luas, lingkungan yang penuh dengan mikroorganisme. Bayi yang dilahirkan melalui proses alami terpapar banyak bakteri baik (mikrobiota) ketika keluar melalui jalan lahir, dalam hal ini vagina sang ibu.
Para peneliti meyakini mikrobiota tersebut melindungi bayi dari berbagai penyakit berbahaya setelah lahir. Termasuk bakteri yang membantu bayi mencerna makanan pertama mereka.
Sementara itu, bayi yang lahir secara Caesar kehilangan kebaikan alami tersebut. Kondisi tersebut kemudian memunculkan ide vaginal seeding dengan tujuan berupaya memberikan kondisi serupa sebagaimana kelahiran alami.
Dr Aubrey Cunnington, dosen klinis senior di Imperial College London, perguruan tinggi riset di Inggris, menuliskan langkah itu dalam artikelnya yang dipublikasikan British Medical Journal. Penerapannya, mengoleskan cairan dari vagina sang ibu segera setelah bayi lahir melalui proses C-section. Cairan itu lalu diusapkan ke mulut, mata, wajah, dan kulit si bayi.
Bukan hanya di Inggris, hal serupa populer di AS. ’’Lima tahun lalu saya tidak berpikir siapa pun akan bertanya tentang hal ini. Sekarang banyak ibu yang memintanya,’’ tutur Dr Leonardo Pereira, kepala pengobatan ibu-janin di Oregon Health & Science University, sebagaimana dikutip dari Huffington Post.
Seiring makin banyaknya yang menerapkan langkah tersebut, para peneliti melakukan riset. ’’Ternyata belum ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa vaginal seeding bermanfaat untuk si bayi C-section,’’ tulis Cunnington.( nor/c15/ayi) Vaginal seeding adalah tindakan dengan tujuan memberikan kondisi kelahiran alami kepada bayi
lahir Caesar.