Jawa Pos

Terapi Tepat Autis

-

SETIAP 2 April diperingat­i sebagai Hari Peduli Autisme Dunia. Pada momen tahun ini, para ahli memberikan peringatan penting untuk tidak menjalani pengobatan alternatif yang belum terbukti secara ilmiah.

Sekarang coba bayangkan jika ada seseorang yang divonis kanker. Dokter dari rumah sakit tepercaya memberikan saran pengobatan yang mungkin terasa konvension­al. Yakni, operasi, kemoterapi, dan radiasi. Dokter memang tidak bisa memberikan jaminan kesembuhan. Juga tidak mampu meniadakan efek buruk dari segala pengobatan tersebut.

Hingga akhirnya, penderita kanker itu memilih pengobatan aternatif. Minum susu domba murni, melakukan pijat hot stone tiga kali seminggu, dan mengonsums­i pil dari sel darah ilama. Oleh terapis tidak bersertifi­kat yang memberikan saran obat itu, pasien diberi jaminan 100 persen sembuh. Dua bulan berlalu dan ternyata kankernya makin menyebar. Siapa yang bertanggun­g jawab kalau sudah begitu?

Ironisnya, hal itu juga sering terjadi pada penderita autis. Orang tua yang ingin anaknya sembuh menempuh segala cara. Termasuk mencari pengobatan alternatif. Padahal, saat ini sudah ada pengobatan autis yang tepercaya. Salah satunya adalah applied behavior analysis (ABA) alias terapi perilaku.

Untuk memperoleh hasil efektif, terapi tersebut semestinya dilakukan langsung sejak anak didiagnosi­s autis. Idealnya sebelum berusia tiga tahun. Pemberi terapi adalah orang-orang profesiona­l yang biasanya ditandai dengan kepemilika­n sertifikat Board Certified Behavior Analyst (BCBA). Terapi itu dilakukan minimal 30 jam dalam seminggu. (nor/c14/ayi)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia