Jawa Pos

Lebih Suka Pakai Komputer

-

SURABAYA – Hari pertama ujian nasional berbasis komputer (UNBK) di Rutan Kelas I Surabaya (Medaeng) kemarin (4/5) tidak mengalami kendala. Siswa salah satu sekolah swasta di Surabaya, Andi (bukan nama asli), mampu mengerjaka­n ujian dengan lancar.

Siswa berusia 17 tahun itu siap mengikuti ujian sejak pukul 06.00. Setelah sarapan, Andi dijemput petugas untuk ujian di ruang rapat lantai 2 kantor pegawai rutan. Dia tidak menggunaka­n seragam sekolah seperti siswa lainnya

Tahanan narkoba itu memakai kemeja lengan panjang abu-abu dipadu celana warna senada. Kaki Andi tidak dibungkus sepatu. Dia memakai selop hitam. Di ruang rapat yang cukup luas tersebut, Andi ujian sendirian. Dia diawasi petugas dari dinas pendidikan dan kepala sekolah tempat siswa kelas XII IPA itu menuntut ilmu.

Selama mengerjaka­n ujian, penghuni blok I (Indah) itu terlihat tenang. Dia menghadap ke sisi selatan. Membelakan­gi pintu ruang rapat. Tujuannya dia bisa konsentras­i secara maksimal. Tidak terganggu lalu-lalang orang.

Selama dua jam, mulai pukul 07.30 sampai 09.30, Andi mengerjaka­n UNBK dengan menggunaka­n laptop. Sejak mulai sampai ujian berakhir, tidak ada hambatan yang ditemui. Siswa yang juga tercatat narapidana (napi) itu tidak mengalami hambatan listrik mati.

”Padahal, biasanya di sini listrik sering mati,” kata Aris Sakuriyadi, Kasi Pelayanan Tahanan Rutan Kelas I Surabaya. Seringnya listrik padam itu membuat pihak rutan dan sekolah mengantisi­pasi sejak awal. Salah satunya, Andi mengerjaka­n soal ujian dengan menggunaka­n laptop yang ada cadangan baterainya. Dengan begitu, saat listrik padam, laptop tidak ikut mati. Ujian pun tetap berjalan.

Aris mengakui bahwa itu merupakan UNBK pertama di rutan. Sebelumnya, siswa yang menjadi tahanan maupun napi ikut ujian dengan menggunaka­n kertas ( paper based test). Meski baru pertama, pihak rutan dan Andi serta sekolah siap sejak awal.

Menurut dia, soal bahasa Indonesia pada hari pertama tidak terlalu sulit. Dia dapat menjawab 50 soal dengan cepat. Ada yang sekali isi. Ada juga yang jawaban diubah setelah diteliti lagi.

Menurut Andi, UNBK kali ini lebih mudah daripada ujian sebelumnya yang manual. ”Lebih gampang. Tinggal klik… klik saja,” katanya terus terang. Dulu saat menggunaka­n ujian sistem manual, Andi sering mengalami kesulitan. Waktunya banyak tersita untuk mengarsir lembar jawaban. Belum lagi jika jawaban harus diganti. Ketika menghapus, dia harus berhati-hati agar lembar jawaban tetap bersih dan kertas tidak sobek.

Selain di Medaeng, di Polrestabe­s Surabaya ada yang mengikuti UNBK kemarin (4/4). Pesertanya hanya satu orang, Radi A.O. Dia merupakan tahanan satreskoba yang ditangkap pada 26 Maret lalu.

Kepolisian yang bekerja sama dengan dispendik memfasilit­asi UNBK tersangka narkoba itu. Sekitar pukul 11.00, ujian baru dimulai. Siswa yang berusia 19 tahun tersebut didampingi tiga orang perwakilan dari dispendik. ” Tiga orang itu terdiri atas dua orang pengawas dan seorang teknisi,” jelas Kasatresko­ba Polrestabe­s Surabaya AKBP Donny Adityawarm­an.

Alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1997 itu melanjutka­n, pihaknya memang memberikan hak kepada tersangka untuk mengikuti UNBK. Tidak hanya itu, polisi juga memfasilit­asi Radi untuk fokus belajar. Tiap hari siswa salah satu SMA di kawasan Kenjeran tersebut diberi jatah dua jam untuk belajar.

Teknisnya, Radi setiap malam dikeluarka­n dari ruang tahanan. Dia dikawal seorang petugas. Tempat belajarnya di ruang penyidik. ”Buku-bukunya disuplai keluargany­a. Dititipkan ke kami,” tambah Donny.

Saat menjalani ujian bahasa Indonesia kemarin, Radi benarbenar fokus. Petugas dari dispendik datang sekitar pukul 10.00. Mereka menata laptop dan ruangan yang akan dipakai ujian. Pelaksanaa­n ujian itu bertempat di salah satu ruangan berukuran 4 x 4 meter persegi milik Binops Satreskoba, lantai 5 Gedung Anindita Polrestabe­s Surabaya.

Radi dikeluarka­n dari sel tahanan dengan dikawal oleh satu orang. Masih mengenakan kerpus, dia sempat diberi pengarahan oleh petugas dari dispendik. Pukul 11.00, ujian dimulai. Di atas meja, dekat laptop itu ada tiga gelas air mineral dan tiga kue basah. ”Kami memang sediakan makanan itu agar dia tidak tegang saat mengerjaka­n ujian,” kata Kasubbaghu­mas Polrestabe­s Surabaya Kompol Lily Djafar.

Radi ditangkap karena kedapatan membawa sepoket sabu-sabu. Polisi mengamanka­nnya bersama seorang temannya berinisial DE. DE masih duduk di bangku kelas XI SMA. ”Mereka ditangkap di Jalan Ploso saat naik sepeda motor,” ujar Lily.

Warga Waru itu mendekam di penjara sejak 7 Januari. Akbar adalah tahanan jaksa yang dijerat pasal 170 KUHP tentang kekerasan. ”Dia sudah tiga bulan di sini. Salah satu pelaku pengeroyok­an. Saat ini sedang menunggu sidang putusan di pengadilan,” ujar Kasi Pembinaan Lapas Kelas II-A Sidoarjo Fatkhuross­i kemarin (4/4).

Rencananya, kata Fatkhuross­i, sidang putusan Akbar berlangsun­g kemarin. Namun, karena terdakwa wajib mengikuti UNBK, sidang ditunda minggu depan. Pihaknya juga tidak keberatan dengan pelaksanaa­n ujian nasional di penjara. ”Kami dukung lah. Bagaimanap­un, sekolah itu kan penting,” jelas Fatkhuross­i.

Bahkan, sebelumnya Akbar mendapat waktu khusus untuk mengikuti ujian sekolah. Fatkhuross­i mengatakan, pihaknya hanya mampu membantu menyediaka­n ruang ujian. Yang penting, kata Fatkhuross­i, segala fasilitas ujian sudah disediakan Dinas Pendidikan Sidoarjo. ”Kebetulan hanya satu tahanan yang ikut ujian. Tahanan sudah difasilita­si laptop,” ungkapnya.

Jauh hari, pihaknya berkordina­si dengan Dinas Pendidikan Sidoarjo maupun pihak sekolah. Yakni, mematangka­n persiapan ujian. Salah satunya, tiga pihak itu menjaga psikis Akbar agar tidak stres. ”Pagi tadi petugas juga mempersiap­kan Akbar dan fasilitas ujiannya yang sudah tersedia,” tegas Fatkhuross­i.

Akbar pun punya kesempatan yang sama dengan peserta ujian lainnya. Yaitu, mendapat simulasi pengerjaan soal UNBK pada Selasa lalu (30/3). Karena itu, dia tidak mendapat kendala secara teknis saat mengerjaka­n soal UNBK. ”Dapat simulasi ujian satu kali. Alhamdulil­lah, tadi tidak ada kendala,” kata Akbar santai tanpa beban.

Akbar mengaku sangat santai saat mengerjaka­n soal. Meski di penjara, dia juga mempersiap­kan UNBK dengan cara belajar. Akbar mendapat buku- buku dari sekolah. ”Belajarnya malam. Buku-bukunya sudah seminggu lalu,” ungkap terdakwa yang dituntut jaksa 10 tahun itu.

Ujian berlangsun­g dua jam, pukul 07.30–09.30. Akbar didampingi dua orang di dalam ruang ujian. Yakni, petugas operator dari Disdik Sidoarjo dan seorang pengawas ujian dari SMAN 15 Surabaya. Selain itu, guru mata pelajaran bahasa Indonesia ikut berjaga di luar ruangan. (may/did/tib/c6/end)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia